Pages

Ads 468x60px

Saturday, May 4, 2013

Menengok Wisata Tetangga : Sawarna Part II

Melanjutkan kisah Sawarna pada posting-an sebelumnya, eksplorasi Sawarna dimulai di Sabtu pagi dan berlanjut sepanjang hari ini. Sungguh dengan semangat 2000 -sudah bukan zamannya lagi semangat 45-, dengan ditemani satu guide lokal yang handal dan unyu -maaf lagi mabok-, rombongan pun memulai perjalanan -asli dengan kaki-.


Tujuan pertama adalah Goa Lalay, yang kabarnya merupakan sarang kelelawar dan isinya penuh kotoran kelelawar. Unyu! Masuk Goa bayar per orang, lupa sih berapa tapi rasanya murah banget deh waktu itu. Berdasarkan pengalaman sih siap-siap basah at least sampai dengkul naik dikitlah ya kalo tinggi badan lo sampai 170 cm, kalau di bawah itu ya basahnya makin ke atas deh. Belum lagi kalo mempertimbangkan resiko kepleset karena pijakan di goa yang sungguh licin -kayaknya itu tanah liat deh-, bisa jadi basah sekujur tubuh. Untung gw enggak. Tapi demi keamanan, packing yang bener dulu semua barang bawaan.

Penampakan Jalan Masuk Goa Lalay

Setelah eksplorasi Goa Lalay selesai, paling itu sekitar 20 menitlah ya, perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Legon Pari. Kata si tour guide sih ini pantai private, sepi dan kece. Asyik deh! Yang gag asyik adalah lika-liku perjalanan menuju ke sana, lewat jembatan gantung goyang lagi -kali ini gw punya fotonya lho- ditambah mendaki bukit lewati lembah selama kurang lebih, 1 jam rasanya. Jangan lupa ditambah panasnya matahari + perut udah mulai menuju lapar. Maknyoss!



Walaupun sih setelah sampai ke Pantai Legon Pari itu, memang kece sih. Tetapi yang paling gw suka adalah suasana sepinya, airnya pun masih bersih banget. Tanpa ragu-ragu langsung berbasah-basah ria deh. Udah 6 tahun gag nyentuh pantai ini,,, astaga!


Pantai Legon Pari
Sekitar pukul 1 siang rombongan memutuskan kalo panggilan perut lebih mendesak ketimbang keinginan untuk terus menikmati indahnya alam di Legon Pari. Ternyata untuk mendapat makan siang pun masih harus berjalan ke Pantai Ciantir yang kalo dirasa-rasa waktu itu sektar 20 menit waktu perjalanan jauhnya. Rutenya kali ini menyusur pantai, mendaki bukit, membelah hutan, judulnya tetap menguras tenaga! Bahkan sampai memakan korban sandal jepit gw, untung gw sudah siap sedia dengan sandal cadangan.


Pantai Ciantir
Pengalaman Paus Terdampar
Perbedaan yang nyata tampak antara Pantai Ciantir dan Pantai Legon Pari, di mana Pantai Ciantir jauh lebih ramai walaupun tidak penuh sesak. Masih nyaman, hanya memang jumlah pengunjung pantai ini lebih banyak. Mungkin juga karena persoalan akses yang lebih mudah untuk sampai ke Pantai Ciantir ini bila langsung dari Desa Sawarna, bisa naik ojek dengan ongkos Rp 10 ribu sekali jalan lho! Namun mengingat ombaknya yang tidak setenang di Pantai Legon Pari, pengunjung perlu ekstra hati-hati agar tidak terbawa suasana ombak ke tengah laut. Kabar dari tour guide yang menemani rombongan waktu itu sih sempat ada orang yang nyaris lenyap terbawa ombak di minggu sebelumnya. Hiii!

Untunglah di Pantai Ciantir gw menemukan sahabat baru yang banyak membantu di perjalanan-perjalanan berikutnya, ojek! Tarif ojek di sini kabarnya flat jauh-dekat Rp 10 ribu sekali jalan, tapi itu kata tour guide rombongan gw doank sih, bisa jadi benar bisa jadi enggak. Pokoknya setelah menguras banyak-banyak energi sepanjang hari itu, akhirnya gw dan rombongan memutuskan menggunakan ojek sebagai moda transportasi dari Pantai Ciantir-homestay-Pantai Ciantir-homestay lagi. Jadi ceritanya setelah kotor-kotoran, bersih-bersih dulu di homestay, balik lagi buat dinner + bakar-bakar jagung di pinggir pantai -ihiyy,,asyik!-. Tapi kalo mau mengikuti jejak gw, jangan lupa siapin Tolak Angin daripada besoknya tepar gag bisa jalan-jalan lagi.

Last day di Sawarna, masih ada satu tempat lagi yang bisa dikunjungi, yaitu Pantai Tanjung Layar. Tadinya sempat ditawarin untuk eksplor sebuah goa lagi -lupa namanya-, tapi karena rasanya pantai lebih menarik daripada goa, jadilah kita tolak ide itu. Saat gw ke sana ternyata air lagi pasang, jadilah untuk menyeberang ke karang-karang -demi foto-foto narsis-, kita harus basah-basahan dulu. Padahal berdasarkan info teman gw yang udah pernah ke sini juga sebelumnya, kalo lagi gag pasang, gag harus basah-basahan untuk foto-fotoan di karang itu. Hmmpphh...udah nanggung juga sih, lanjutkan!





Mohon dicatat, mengingat keterbatasan waktu dan energi -dan tingkat kerajinan yang rendah-, akhirnya gw dan rombongan juga naik ojek ke Pantai Tanjung Layar ini. Sangat disarankan buat orang-orang malas kayak kita, walaupun akhirnya setelah itung-itungan koq berasa perjalanan ini jadi mahalan di ongkos ojek -haha-, secara rombongan gw kan lumayan banyak.

Akhirnya kita semua cabut dari Sawarna sekitar jam 1 siang, dengan kondisi belum lunch dan susahnya nyari tempat makan yang sreg di hati sepanjang perjalanan itu. Pokoknya akhirnya makan siang terlambat ditambah macet, sekitar jam 10 malam baru menginjakkan kaki di daerah Serpong lagi. Keren! Mungkin ada baiknya kalo ada yang mau ke Sawarna, minta sama homestay-nya untuk menyediakan makan siang juga di hari Minggu siang itu, mungkin ada charge tambahan sih.

Overall, perjalanan ke Sawarna ini cukup kece berat menurut gw. Kalo ditotal-total sebenarnya dengan jumlah orang yang lumayan banyak akan lebih murah kalo lo arrange trip sendiri daripada ikutan tour yang harganya bisa Rp 400-500 rb/pax -harga ini sempat gw lihat di disdus sih,tapi gag pernah gw cari perbandingan di travel agent lain-.

Tapi kalo ditanya apakah gw akan balik lagi ke Sawarna? Mungkin gag dalam waktu dekat karena masih traumatis dengan energi yang perlu dikeluarkan dan akses jalan yang lumayan penuh perjuangan untuk ditempuh. Tapi someday sih bakal baliklah selama kondisi alamnya masih semenarik saat pertama gw kunjungi dan belum terusak oleh eksplorasi manusia yang cenderung suka berlebihan. Untuk saat ini, mau eksplor tempat-tempat lain dulu ya :D

Perincian Biaya: (asumsi mobil Avanza/Xenia, 1 mobil 5 orang)
1. Bensin+Tol+Parkir Rp 250 rb --> Rp 50rb/org
2. Penginapan+ Makan --> Rp 150 rb/org
3. Tour Guide Rp 100 rb --> Rp 20 rb/org
Total : Rp 220 rb/org (belum termasuk biaya jajan + ojek)









0 comments:

Post a Comment

 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net