Sejujurnya ya, ide ini muncul last minute banget tanpa persiapan mental yang memadai -kayak mau ngapain aja-. Jadi beberapa waktu yang lalu saat mau berkunjung ke Bromo dan demi mendapatkan tiket agak murah untuk penerbangan ke Surabaya, jadilah gw membeli tiket maskapai Tiger Airways/Mandala itu yang jadwal terbangnya sekitar jam 4 pagi. Eh buset! Bodohnya gw sih waktu itu baru sadar betapa paginya jadwal pesawat gw itu setelah semua urusan bayar-membayar terpenuhi. Ah!
Dan buat berbagi info aja sih, kebetulan rumah gw itu gag tetanggaan sama Bandara Soekarno Hatta itu. Malah kalau dipikir-pikir bisa sekitar 45 menit perjalanan dengan catatatan jalanan sepi melompong. Tapi walaupun gw yakin jalanan di sekitar pukul 2 pagi itu pasti kosong melompong, masalahnya gw juga gag tau siapa yang bakal gw suruh nganter ke bandara. Mau naek taksi, mahal cuy! Sebenarnya sempat terbersit ide untuk nginep di hotel-hotel yang ada di sekitar bandara, tapi setelah ditelaah lebih lanjut, koq kayaknya sama aja mahalnya sama duit taksi.
Akhirnya dengan otak gw yang cemerlang ini -biasa aja sih sebenarnya-, gw pun memutuskan untuk mencoba tidur di bandara. Dan protes pun datang bertubi-tubi dari orang-orang yang tau rencana gw ini, intinya sih pada bilang gw ngaco, karena sebenarnya ini kan pengalaman pertama banget tidur di bandara dan gw langsung sok-sokan jadi single fighter alias ngemper tanpa teman. To be honest sih deg-degan lho, karena emang gag kebayang bakal jadi kayak apa, dan excited-nya itu menurut gw bikin adrenalin naik -norak-.
Untunglah gw hidup di dunia yang sudah kenal internet dan om google, klik-klik dikit muncullah beberapa sharing orang-orang yang udah pernah melakukan hal serupa. Gw baca-baca, rasa-rasanya cukup aman nih sendirian luntang-lantung di bandara, apalagi di terminal 3 yang menurut gw cukup baru dan gag kumuh-kumuh amatlah kayak terminal-terminal lainnya. Oke, tekad bulat!
Sekitar pukul 10 malam, diantar oleh teman yang cukup baik hati, gw pun tiba di terminal 3 bandara. Suasana masih cukup ramai dan hidup deh ya pokoknya. Pertama-tama masuk J.Co, bengong-bengong dan jajan-jajan dikit sambil menikmati hiruk pikuk bandara. Beramai-ramai dahulu, bersepi-sepi kemudian. Sekitar jam 1/2 12 malam, mulai bingung mau ngapain lagi secara udah mulai garing bengong di J.Co.
Akhirnya keliling-keliling ke lantai atas dan menemukan tempat duduk di dekat eskalator yang cukup sepi dengan AC yang cukup dingin. Gw pun memutuskan rileks di sana sambil memikirkan cara tidur malam itu. Mau ngemper di lantai koq rasanya masih gimana gitu, keras lagi kayaknya. Masih ada orang lalu lalang juga, kan malu kalo diusir satpam. Untunglah smartphone tercinta sudah diisi penuh film-film keren yang cocok banget untuk membunuh waktu. Semakin larut ternyata orang-orang yang juga ada di sana mulai menggabung-gabungkan kursi yang kemudian digunakan untuk tidur. Yah, walaupun jauh dari nyaman, gw sih ikutin aja. Abis bingung juga mau gimana lagi.
Secara ini pengalaman pertama, gag bisa tidur-tidur amat juga sih. Sempat terlelap 1-2 jam, tapi agak waswas juga ada yang bakal maling barang bawaan yang cuma satu tas ransel itu. Sekitar pukul 2 pagi mulai kebelet, dan walaupun horror berat waktu mau ke WC bandara yang bersih sih tapi sepi banget gila -siapa juga yang mau berkeliaran di WC jam segitu kan-, dengan berbekal doa dan tekad bulat, untunglah gag ketemu siapa-siapa ataupun apa-apa.
Kemudian sekitar jam stengah 3 pagi pun teman-teman sepenerbangan gw berdatangan ke bandara. Akhirnya malah kongkow-kongkow sambil nunggu counter dibuka untuk check in. Tapi gw perhatikan saat itu sih orang-orang masih pada tidur lelap. Wah, mungkin gw harus lebih sering lagi tidur di bandara biar jadi expert kayak mereka. Pengalaman ini buat gw sih menarik abis dan akan gw coba lagi di beberapa bandara lainnya, walaupun pastinya milih-milih donk dengan mempertimbangkan kondisi bandara dan tingkat keamanannya.
Anyway, kadang traveling mengajarkan gw untuk keluar dari comfort zone, dan gw suka aja ketika menyadari kalau gw bisa survive lho dengan kondisi seperti itu. Survive itu bisa karena mau belajar beradaptasi tapi juga pakai otak supaya gag jadi bablas dan malah mencelakakan diri sendiri. Menemukan pengalaman baru dan menarik, I am so in love with traveling!
Ps.Agak nyesel gag inget foto-foto suasana bandara di malam itu. Maklum, newbie masih norak.
0 comments:
Post a Comment