Pages

Ads 468x60px

Friday, March 29, 2013

LOMBOK MENANTANG 1


Tentang trip ke Lombok di sekitar bulan Februari 2012 yang lalu ini sebenarnya udah pernah di-post di blog lama gw. Namun mengingat blog lama gw itu penuh ketidakjelasan dan ketidakfokusan, jadi gw pindahkan postingan ini di sini. Selamat membaca & Selamat jalan-jalan ke Lombok!

Day 1:

Tiba di Lombok dengan pesawat "pippippippip Air" -yang pilotnya sempat heboh diberitakan kena kasus narkoba itu lho- sekitar pukul 10 pagi. Pendaratan pesawat yang agak kurang smooth sih menurut gw mengawali kisah perjalanan Lombok Menantang.



Begitu keluar bandara, yang katanya Bandara Internasional Lombok (BIL) tapi masih jauh dari kesan 'internasional', udah dibikin males sama mas-mas yang menawarkan jasa ke Gili Trawangan dengan sangat keukeuh. Oke, gw tau itu kerjaan mereka buat menarik turis, tapi entah kenapa penawaran yang menurut gw agak maksa itu -abis gag ngerti banget ya body language orang yang gag tertarik sama situ?!- cukup mengganggu. Dikejar-kejar mulu booo ke manapun kaki melangkah. Harga penawaran untuk charter mobil dari BIL ke Pelabuhan Bangsal -ini pelabuhan di mana kita bisa naik kapal untuk ke Gili Trawangan- berkisar dari 200rb-600rb.

Ya...karena gw dan teman-teman tergolong wisatawan kere/hemat, dengan tekad bulat dan mental baja akhirnya kita berhasil memperoleh informasi kalo ada Damri dari BIL ke Senggigi. Menurut mas-mas Damri-nya, nanti dari Senggi bisa naik angkutan desa untuk ke Pelabuhan Bangsal. Jadilah kita beli tiket Damri seharga 25rb/orang dan berangkat menuju Senggigi, perjalanan berlangsung selama kira-kira 1,5 jam.

Di pemberhentian terakhir di Senggigi sana sopir bus Damri menawarkan untuk memesankan tiket kapal ke Trawangan karena menurut dia nanti kita kehabisan kalo beli di pelabuhan. Dia juga menawarkan jasa temannya, yang adalah sopir angkutan desa, untuk mengantar kita ke pelabuhan itu. Jreng jreng jreng.... ongkosnya 80rb saja teman-teman -ini nada gw sinis lho- Si sopir angkutan desa, yah lo bayangin ajalah model-model angkot gitu, mengatakan bahwa di sana jarang sekali angkutan ke Pelabuhan Bangsal, kalau mau ya harus charter. Memang sih sejauh pemandangan mata gw waktu itu daerah Senggigi, yang katanya daerah pariwisata Lombok, sepi mampus deh.

Lagi-lagi gw dan teman-teman gw sebagai manusia-manusia ngotot, dan sebenarnya saat itu kita udah bete berat karena kelaperan -udah jam 1 dan belom makan lho dari pagi- dan karena begitu banyaknya orang di sana yang hobi nawarin "charter aja mbak, charter aja", kita pun dengan gagah berani menolak tawaran si sopir angkutan desa itu. Kita yakin ada cara untuk sampai ke Pelabuhan Bangsal dengan lebih murah! Walaupun jujur yak, ketar-ketir juga sih melihat jalanan yang dipenuhi banyak bangunan hotel itu begitu lengang.

Tetapi sepertinya Tuhan mendengarkan jeritan hati anak-anaknya -udah gini aja sok rohani-, tiba-tiba lewatlah sebuah taksi Blue Bird -Oh, my! How I love this taxi soooo muchhhh!!- yang menawarkan untuk mengantar kita ke pelabuhan dengan menggunakan argo, dan menurut dia sih berdasarkan pengalaman hidupnya sebagai sopir taksi  biasanya argo berhenti di angka 70rb. Hmmpphhh...timbang-timbang, pikir-pikir, sepertinya kita sudah kehabisan options nih! Lagipula kayaknya lebih worth it keluar 70rb buat Blue Bird pake AC daripada 80rb naik angkutan desa itu.

Ngobrol-ngobrol sama si sopir taksi, akhirnya kita pun tahu kalo daerah wisata di sini memang ramainya cuma di bulan-bulan Juni-Agustus. Kalo lagi low season ya sepi mampus begini. Sempat deg-degan, jangan-jangan udah sampai Trawangan sepi juga lagi, kayak pulau hantu gitu deh. Hiiii.....
Spot -lupa namanya apa-, hasil rekomendasi sopir taksi, dalam perjalanan ke Pelabuhan Bangsal.

Sekitar pukul 2 siang, setelah menempuh jarak sekitar 25 km-an -asli gw lupa berapa tepatnya walopun si sopir sempat ngasih tahu-, sampailah kita di Pelabuhan Bangsal. Setelah bayar ongkos taksi, dan masih harus jalan kaki sekitar 100-200 m kira-kira karena taksinya gag boleh masuk daerah pelabuhan, dibikin keki lagi sama mas-mas parkir yang suruh kita bayar 3rb karena taksinya udah terlanjur masuk arena parkir -gag tau terlanjur gag tau emang harus ya-. Ihhh...padahal kan cuma nurunin kita doank, masak gitu aja kena uang parkir. Bukan soal nominal uangnya sih, cuma keki aja rasanya seperti semua di sini di-uang-kan.

Memasuki kawasan pelabuhan, langsung diserbu sama mas-mas ajaib -mereka doyan banget deh ganggu wisatawan- yang menawarkan tiket kapal untuk menyeberang. Ya...gini-gini kan gw sama teman-teman sebelum pergi juga udah riset dulu, kita udah rencana niatnya naik public boat yang harga tiketnya 10rb saja/orang. Tapi ada aja mas-mas ajaib yang sok-sok nipu kalo public boat udah penuh dan baru ada 2 jam lagi, saran mereka adalah: charter aja mbak charter -ehhh busettt!!!-

Untung teman seperjalanan gw ini sigap banget, dengan nyali besar walaupun badan kecil -upppsss- dia langsung menuju ke kapal yang memang tampak sudah diisi orang-orang dan nekad langsung bayar ke mas-mas penjaga kapalnya, padahal di belakang kita udah pada teriak-teriak "tiket oii tiket". Dan naiklah kita ber-3 ke kapal itu, cukup dengan 10rb saja per orang. Coba bandingkan dengan tawaran charter kapal seharga 200rb, wow! Cuma masalahnya, karena kejadian 'memaksa naik' itu, sampai sekarang gw sebenarnya gag tau tempat jual tiket yang official di Pelabuhan Bangsal itu di mana sih. Haha!

Sepanjang naik kapal sejujurnya gw deg-degan, agak membayangkan apa jadinya kalo itu kapal diterjang ombak dan terbalik. Kebetulan langit sudah mulai menghitam saat itu. Gw pun tengok-tengok sekeliling kapal dan menemukan beberapa baju pelampung tergantung di bagian atas. Berhitung, dan ternyata jumlah bajunya hanya beberapa, tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang mencapai angka 35 itu. Pening! Tetapi gw berusaha berpikir positif, gw alihkan pikiran dari kemungkinan kapal terbalik menjadi kapal mogok di tengah lautan yang batas-batasnya gag jelas ini -di mana letak positifnya sih?-. Tetap dag dig dug akhirnya.

Sekitar 40 menit kemudian kapal sudah akan menepi di Gili Trawangan, namun sayang, imajinasi negatif gw yang kedua pun terjadi. Mesin kapal mati, menolak untuk menyala lagi betapapun awak kapal -mas-mas kapal- mencoba untuk menyalakan mesin itu. Padahal daratan tinggal sejengkal lagi -oke...gw lebay-. Tapi pokoknya sudah cukup dekat ke tepi pantai deh, walaupun gag cukup dekat untuk turun dari kapal tanpa bikin badan dan bawaan basah kuyup. Parahnya, gag ada satupun kapal-kapal lain yang mau nolongin kapal kita. Mereka cuma melihat dari pinggir pantai kayak manusia bodoh -sori dori stroberi, emosi-. Sampai-sampai kapal gw ini udah mulai agak-agak terbawa ombak kembali agak ke tengah laut.

Setelah sekitar 30 menit kali ya, akhirnya entah apa sebabnya -gw anggap aja kebaikan Tuhan deh-, ada satu kapal yang mau menolong menarik kapal mogok ini ke pinggir. Tetapi karena salah perhitungan atau gimana, setelah ditarik dan dilepaskan lagi, kapal kita melaju agak tidak terkendali dan menabrak kapal yang sudah ada di tepi -jangan bayangin tabrakan heboh sampai ada korban jiwa atau kapal terbelah, tapi tetap aja ini nabrak woii nabrakkkk!!!-. Untunglah, akhirnya tanpa perlu ber- dag dig dug lebih lama lagi, gw dan teman-teman bisa turun dari kapal ajaib itu. Gili Trawangannn,,here we come!!!! Sok-sok excited padahal saat itu udah bete + kelaperan mampus dan mulai mempertanyakan: ini kenapa trip baru hari pertama udah ribet begini yak?!

(bersambung...)

0 comments:

Post a Comment

 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net