Pages

Ads 468x60px

Monday, April 1, 2013

LOMBOK MENANTANG 2

(Masih) Day 1:
Setelah menginjakkan kaki dengan selamat di daratan Trawangan, katakanlah saat itu sekitar pukul 4 sore, didesak oleh perut yang lapar, tempat makan pun menjadi tujuan utama gw dan teman-teman. Trawangan ini agak-agak mirip Kuta Bali, soal makanan didominasi kafe-kafe untuk tamu-tamu bule, termasuk soal kisaran harga. Yang agak menghibur adalah sejauh mata memandang, isinya bule semua -nyaris 80%-, dan dari semua bro-bro -maafkan kenorakan saya- itu 70% nya cakep semua. Mata gw sehat deh, aseli!

Perut kenyang hati senang. Well, well, maybe that doesnt work that way this time! Perut sih kenyang, tapi masih trauma oleh kejadian 'apa-apa charter' yang sepanjang hari tadi terjadi, akhirnya kita memutuskan untuk mencari penginapan sendiri dengan segala daya dan upaya, gag mau pake mas-mas calo atau apapun itu. Langkah pertama, sewa sepeda. Dengan 40rb saja bisa mendapatkan pinjaman sepeda selama 24 jam, boleh dibawa ke mana saja dan gag perlu dipasang kunci pengaman, aman! -ya emang mau ke mana juga sih, gag mungkin bawa-bawa sepeda nyebrang laut kan-.




Muter-muter, kepala pening karena ternyata belum menemukan penginapan yang sesuai dengan keinginan. Kalo ditanya, memang maunya yang gimana? Pertama, murah as in di bawah 200rb. Kedua, kamar mandi dalam. Ketiga, no cicak -haha...yang ini sih gara-gara ada teman gw yang phobia cicak gitu-. Semakin sore , akhirnya menyerah deh sok-sok nyari sendiri, tanya orang tanya orang, kira-kira begitulah keputusan kita saat itu. Dan akhirnya ditunjukkanlah oleh seorang mas, satu penginapan apa adanya -benar-benar apa adanya deh- seharga 150rb/malam. Kita tengak-tengok dan pikir-pikir: murah, kamar mandi dalam, gag ada cicak. Oke, ambil! Walau akhirnya agak disesali karena keesokan harinya ketauan kalo harga kamarnya sebenarnya 100rb saja per malam, dan di malam hari itu, cicak-cicak justru pada bermunculan dan bikin teman gw yang satu itu heboh berat. 



Wujud Penginapan 150rb/malam w/ fan


Sisa hari ini dihabiskan dengan bersepeda keliling pulau -gag benar-benar abis satu keliling sih, kesorean-, nongkrong-nongkrong di salah satu cafe yang ada dan ber  ramah tamah dengan mas-mas Trawangan itu. 
Karena salah tempat, sunset di Trawangan pun terlewatkan.









Untuk menekan segala pengeluaran yang sudah terjadi hari itu -kan tadi udah gw bilang, gw dan teman-teman itu hemat a.k.a kere-, malamnya kita cukup makan gerobakan. Jadi kalo malam di satu arena di Trawangan sana ada kumpulan para pedagang makanan, seperti nasi goreng tek-tek, soto, ayam goreng/bakar, seafood, sate, martabak, dan macam-macam makanan indonesia lainnya. Fyi, bro-bro dan sis-sis bule itu excited makan di sana, padahal tadinya gw pikir mereka alergi yang kotor-kotor + ngemper-ngemper.

Mengakhiri malam di Trawangan cukup dini kalo menurut versi teman gw yang hobi jadi kalong tidur subuh, cukup larut kalo menurut versi gw yang hobi jadi kebo tidur jam 9 teng. Apapun itu, menurut opini pribadi gw sih, malam minggu di Trawangan kurang begitu menarik. Entah memang saat itu wisatawan kurang banyak atau memang begitulah kehidupan malam di Trawangan yang jauh dari jedag-jedug ala Kuta/Seminyak. I dont know, yang pasti satu hari sudah berlalu, dan teman gw yang phobia cicak itu sungguh sangat mengganggu di malam itu karena dia gag bisa tidur saat cicak-cicak mulai bermunculan di malam hari. Hihi!

Day 2:
Bangun pagi berencana untuk snorkeling, kata orang-orang gag afdol ke Trawangan tanpa snorkeling. Setelah sarapan murah meriah -gag murah-murah amat juga karena setiap orang diitung rata 10rb, padahal teman gw makannya cuma nasi+orek tempe, untung gw masih pake telor-, tanya-tanyalah ke sana-sini soal sewa alat untuk snorkeling, 30 rb saja untuk kaca mata dan kaki-kaki ikan/fin.

Sebenarnya kita ditawarin untuk ikut paket snorkeling 3 Gili: Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air seharga 85rb saja. Sayangnya acara itu berlangsung pukul 10.30-15.30. Resikonya bisa ketinggalan kapal untuk balik ke Lombok karena katanya kapal terakhir pukul 4 sore. Akhirnya gw dan teman-teman memutuskan untuk sewa alatnya aja dan snorkeling sendiri. Sebenarnya di antara kita bertiga sih belum ada yang pernah snorkeling ya, jadilah kita ber-sotoy ria.


Menurut gw aktivitas yang satu ini menarik juga, mungkin memang benar akan lebih bagus kalo dilakukan di tengah laut dan dengan variasi ikan yang lebih beragam untuk dilihat. Di daerah pinggiran lautnya aja masih bisa melihat ikan-ikan lucu, masih jernih juga laut di sini ternyata. Setelah sok-sok akrab sama ikan, padahal lagi mikir kayaknya lihat ikan di Sea World lebih simple deh -haha-, kembalilah kita ke penginapan untuk siap-siap balik ke Lombok. Kalo kemarin salah satu teman gw heboh sama cicak, sekarang teman gw yang lain heboh karena kulitnya belang padahal dia selama ini sangat menjaga kulitnya supaya bisa putih . Besok-besok kita liburannya indoor aja deh...

Sebelum menyeberang, menyempatkan diri untuk makan siang di tempat pertama kali kita makan waktu datang. Bukan apa-apa sih, mungkin karena udah ada perasaan familiar dan ya...harganya memang terjangkau sih di sana. Takut nanti coba-coba temat baru kantong jebol lagi. Hihi. Makan siang ditutup dengan es krim gelato Gili Trawangan -homemade- seharga 15rb saja/scoop atau 25rb/2scoops.

Untungnya sewaktu kita mau beli tiket kapal untuk menyeberang pas kapalnya udah lumayan penuh. Gag pake nunggu lama, gag pake 'diancam' masih 2 jam lagi lho, cukup keluar 10rb saja dan bye-bye Trawangan! Oh, untuk info saja, kalo di Gili Trawangan tempat jual tiketnya jelas dan diumumkan lewat pengeras suara masih perlu berapa orang lagi sebelum kapal berangkat, dan kalo belum ada di kapal pun akan dipanggil untuk segera naik karena kapal akan segera jalan. Lumayan teraturlah.

Empat puluh menit kembali berlalu dan perasaan gw sih waktu kembali ini ombaknya lebih tinggi karena air laut sempat beberapa kali muncrat ke dalam kapal. Sepanjang jalan doanya dua hal aja: jangan sampai kebalik ataupun mogok. 

Sesampainya di Pelabuhan Bangsal masih harus menunggu kedatangan mobil yang kita sewa untuk 24 jam ke depan. Rencananya memang untuk setengah hari ini dan hari esok mau bawa mobil sendiri keliling Lombok, gag mau pake driver bukan karena biar lebih bebas, tapi biar lebih irit aja sih. Haha! Dan kebetulan ada teman yang bersedia jadi driver tanpa bayaran. Untuk sewa mobil tarifnya 250rb/24 jam, gw rekomendasikan abis dengan si "Mahardika Travel" ini, yang punyanya baik mampus, driver yang nganternya juga sopan abis. Perasaan gw selama di Lombok cuma 2 manusia ini yang gag teriak-teriak "charter ya charter" -gubrakkk!-.

Karena memang kita sampainya kecepatan, jadilah mobilnya belum datang dan langsunglah gw ditawar-tawarin buat charter mobil ke manapun kita mau pergi. Udah dijawab lagi nunggu jemputan juga tetap aja keukeuh manusia-manusia itu menawarkan diri. Woiii mas, gag tau udah ditolak apa? Ah entahlah, mungkin mereka memang marketing sejati atau BU (butuh uang) sejati.

Setelah serah terima mobil dilakukan oleh mas driver kepada mbak driver a.k.a teman saya yang kecil tapi nyalinya besar itu kecuali sama cicak, melajulah kita menuju Mataram. Untung mobilnya dilengkapi GPS, kalo enggak bisa gila juga nanya-nanya jalan tiap saat. Ntar tiap nanya disuruh bayar lagi, atau disuruh sewa mereka jadi driver lagi -maap yak, gw memang agak sensi gara-gara pengalaman hari pertama-. Jalan yang ditempuh waktu pulang berbeda dari waktu berangkat -ini gara-gara petunjuk mbak GPS-. Pas berangkat lewat Senggigi dengan pemandangan laut, jalan berliku dan lebar; pas pulang entah lewat daerah apa dengan pemandangan pepohonan, jalan berliku dan sempit. Persamaannya: dua-duanya gag pake macet.

Hotel di Mataram sudah di-booking dari kapan tau, hotelnya di tengah kota, dan kali ini jauh lebih beradab dari penginapan di Trawangan. Kamarnya lebih bagus, ada AC-nya, dapat sarapan dan cicaknya gag banyak -tadinya mau bilang bebas cicak, tapi ternyata teman gw nemu satu pas lagi di kamar mandi-. Oh, soal harga sih lumayanlah, 275rb/malam -75rb-nya untuk tambahan xtra bed-. Tadinya kita mau spend 2 malam di Mataram, cuma karena saran dari seorang teman, akhirnya kita berubah rencana 1 malam di Gili dan 1 malam di Mataram, karena katanya kalo malam udah kayak kota mati di sini, sepiii. Mungkin benar juga sih, soalnya sepanjang siang-sore aja jalanan lengang-nya luar biasa. Apa karena gw udah agak kebiasaan menjadi korban jalanan ibu kota ya sampai menurut pengamatan gw kota Mataram ini sepi lho! Atau karena saat itu di sana hari Minggu, entahlah.
Penampakan Hotel di Mataram - Manusiawi banget!
Sorenya gw dan teman-teman mengunjungi Taman Narmada, atas rekomendasi mbak-mbak hotel, yang jaraknya sekitar 10km dari Mataram. Tempat ini katanya sih dulunya tempat peristirahatan raja-raja, ada kuilnya gitu sih, kolam, bangunan tempat tinggal raja, dan yang agak menarik perhatian adalah air yang bikin awet muda. Pas masuk -HTM 5 rb saja- dan baca tulisan tentang air itu sebenarnya udah kepo abis pengen liat wujudnya, sayang ternyata disimpan di dalam bangunan terkunci. Katanya sih kalo mau ambil bisa dibukakan kuncinya, tapi kita tolak dengan 2 pertimbangan: serem juga ya bangunannya & nanti disuruh bayar lagi -keliatan kan betapa desperate-nya kalo udah urusan duit?-.




Seperti sempat gw sebutkan sebelumnya entah kenapa kayaknya susah banget cari makan di sini, apa mungkin kalo hari Minggu banyak yang libur kali ya. Nah, daripada kebingungan lagi mau makan di mana, kita putuskan ke mall aja deh, sekalian cek &ricek kondisi mall di sana sih. 

Malam di Mataram diakhiri jauh lebih cepat daripada di Trawangan. Udah clueless mau ngapain lagi walaupun mas-mas hotel sempat memberi info beberapa tempat anak-anak muda Mataram berkumpul. Tidur nyenyak aja ah di hotel, menikmati suasana hotel yang lebih manusiawi daripada penginapan semalam.

(bersambung...)

0 comments:

Post a Comment

 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net