Pages

Ads 468x60px

Tuesday, April 8, 2014

Pangandaran-Green Canyon


Heyho! Seperti sempat gw utarakan di postingan awal-awal tahun ini kalau tahun ini rencana jalan-jalan gw itu minimalis banget. Namun untungnya di tengah kebosanan yang melanda kehidupan gw *boong deh, life's exciting lately*, munculah ajakan untuk menjelajah daerah Pangandaran-Green Canyon. 

One two three...let's go!

Perjalanan dimulai oleh rombongan *minus gw* dari Tangerang yang jauh di antah berantah sana. Sekitar jam 12 malam lewat banyak tibalah rombongan itu menjemput gw *yang kece ini* di Bandung. Untung gw bisa survive dari adegan horror di McD *maaf gw lebay, gag horror sebenarnya; cuma ada nenek-nenek (manusia lho) sendirian minta ikutan gw pergi* selagi menantikan rombongan datang. Dan sekitar jam 1-an kalau gw gag salah ingat, meluncurlah kita membelah keheningan malam *astaga, makin lebay*.

Sekitar setengah 6 pagi setelah melewati jalan tol-jalan biasa-jalan rusak-jalan berliku-jalan nyasar *rombongan mobil tetangga, mobil gw sih kagak* kita pun sampai di Pangandaran. Gw belum pernah ke sana lho sama sekali, makanya agak norak ketika tau kalau Pangandaran itu ternyata sebuah kawasan wisata. Hmmpphh...semacam Kaliurang kalau di Jogja, di mana ada banyak penginapan lalu ada pantainya, warung sampai rumah makan, abang-abang yang nawarin water sport, tempat sewa sepeda, penjual oleh-oleh dan baju-baju *kalau Kaliurang kan ada gunungnya, tamannya, museumnya*.

Ternyata,,,penginapan yang dipilih sama rombongan gw kali ini kece. Lagi-lagi agak shock mengingat biasanya kalau pergi-pergi sama rombongan ini menginapnya gag jauh-jauh dari rumah penduduk dan rumah penduduk *yang minimalis pastinya* Tapi kali ini kita nginap di resort donk apa hotel ya. Sayang lupa foto penampakan kamarnya tapi konsepnya sih kayak bungalow dengan 3 kamar gitu, ada teras dan ukuran kamarnya pun lumayan gede buat gelar-gelar kasur. 

Tampak area hotelnya
Nah, di pagi hari itu setelah berlelah-lelahan karena nyetir sepanjang malam *sok gaya, padahal gw sih kagak nyetir*, kita pun menuju ke Green Canyon yang katanya sih 45 menit perjalanan dari Pangandaran ini. Sebenarnya dari awal udah sempat dikasih tau sama orang hotel sih kalau airnya pasti keruh karena semalam habis hujan deras. Tapi gimana ya, masak udah sampai sejauh ini gag mampir juga. Daripada tanggung dan penasaran, kita pun tetap nekad berangkat. Jalan ke Green Canyon ini di beberapa ruas agak-agak rusak jadi walaupun gag pakai macet tetap gag bisa buat ngebut juga, slow motion aja, biar lambat asal gag nabrak ayam penduduk *gantinya mahal lho nanti*.
FYI

Pintu Masuk




Green Canyon-Lebih Mirip Sungai di Kalimantan
Green Canyon-Tempat Berenang yang Biasanya Bagus
Jangan kecewa dengan penampakkan foto di atas karena di foto-foto orang lain biasanya bagus koq, airnya hijau dan menggoda untuk berenang. Asalkan gag datang di saat yang salah, niscaya pemandangan yang bikin "wow..oww...wahh" yang akan ditemui di sana *gw sih sotoy aja, padahal gag tau juga benar apa kagak*. Cuma ya, sampai detik ini masih ada misteri yang belum bisa gw pecahkan. Gw itu yakin di sana ada buayanya, coba aja dilihat itu air kayak air sungai. Kalau di Tangerang kan ada Sungai Cisadane, di Jakarta ada Sungai Ciliwung, di Kalimantan ada Sungai Kapuas, gw yakin di sungai-sungai itu ada buaya, di Green Canyon ada juga donk harusnya *maafkan, ini teori sotoy gw*. Tapi kalo diperhatiin begitu banyak orang yang berani berenang di sana, logikanya sih gag berbahaya. Kalaupun ada buaya mungkin mereka gag makan manusia, cuma makan ikan gitu misalnya *ada ikan gag ya di sana*.

Demi memuaskan rasa penasaran, gw pun gooling dan ini beberapa hasilnya: 
(1) Guess what? Setelah itu semua, Bapak instruktur baru memberi tahu bahwa di air yang tenang itu, area yang diarungi perahu, adalah tempat yang dihuni buaya. Walaahhh... Kalau tahu begitu, kukira gag ada satupun yang akan mau lanjut berenang sekeluarnya dari Green Canyon :p. (http://twinkle-euisry.blogspot.com/2011/12/petualangan-gila-tapi-keren-green.html)
(2) Selain kaya dengan pesonanya, Green Canyon juga memuat sejumlah mitos. Menurut cerita yang beredar di masyarakat lokal, barangsiapa yang membasuh wajah menggunakan percikan air yang menetes di dalam gua akan awet muda,mudah dapat jodoh serta dilancarkan rejekinya. Oleh karena itu, banyak wisatawan yang mandi di bawah percikan Air Terjun Palatar yang ada di mulut gua. Tak jarang mereka juga meminum percikan air tersebut. Selain itu, ada juga pantangan yang tidak boleh dilakukan, yakni mengucapkan kata-kata yang tidak sopan dan juga kaya "buaya" (http://traveltosunda.wordpress.com/)
(3) Suasana sunyi dan gemerisik pepohonan tertiup angin ditingkahi kicauan burung memberikan harmoni yang indah selama perjalanan. Jangan kaget jika Anda melihat Biawak di sekitar sungai ini. Di sini Biawak hidup dan berkembang biak. Hewan-hewan seperti Monyet, Ular Kadut dan Buaya juga ada di sini. (http://uniqpost.com/33824/menjelajahi-green-canyon-nya-indonesia/)
(4) Saya sempet ngobrol sama si bapak tour guide nya, apakah di sini ada buaya gag? (soalnya saya dulu waktu kecil kesini ditakut-takutin sama bapak saya kalau disini banyak buayanya kayak di film Lake Placid. Ternyata kata si bapaknya, ga ada buaya kok, cuma ada biawak 1,5 meter (https://putrisokha.wordpress.com/tag/ciamis/)

Berhubung hasil googling tidak mampu meyakinkan gw akan tidak adanya buaya, jadi gw tetap yakin di sana ada. Yah, walaupun untunglah sejauh ini belum menemukan berita ada wisatawan dimakan buaya di Green Canyon.

Anyway, dari Green Canyon perjalanan dilanjutkan ke Pantai Batu Karas. Ternyata di sini kawasan wisata juga mirip Pangandaran. Kunjungan kita ke sini sebenarnya sih untuk makan seafood doank saking susahnya mencari tempat makan di Green Canyon, paling ada Indomie, soto, lotek yang menurut teman gw sih rasanya begitulah *baca: gag enak*

Ternyata 3d2n, termasuk perjalanan ke Pangandaran & Green Canyon itu agak kurang lama. Tanpa terasa kita sampai lagi di Pangandaran sudah cukup sore, cuma sempat menengok pantainya sebentar. To be honest, pantainya standarlah. Gag bikin sampai pengen berulang kali ke sana, tapi better than Pantai Carita sih menurut gw. Cuma kalau mengingat perjalanannya sendiri yang 5-6 jam dari Bandung, agak gag worth it sebenarnya.
Pantai Pangandaran
So, seriusan itu hari yang melelahkan sampai batal rencana gw buat main sepedaan. Akhirnya kita cuma menikmati fasilitas kolam renang di hotel lalu makan malam. Banyak pilihan makanan di Pangandaran, sebenarnya paling enak eksplor dengan sewa sepeda sih *sepeda biasa maupun sepeda tandem*

Hal lain yang bisa dilakukan di sini adalah water sport, tapi ingat pakai nawar ya. Kemarin sih ditawarin bisa sampai 80 ribuan untuk 3 permainan *kalau gag salah ingat*, pokoknya gigih aja nawarnya, semakin banyak orang semakin murah.

Well, setidaknya sekarang gw udah bisa berbangga diri kalau gw udah pernah ke Pangandaran-Green Canyon *gag penting ya motivasi gw*. Walaupun kalau ditanya gimana kesannya, fun because i was with friends not because the place is extraordinary. 







Saturday, March 1, 2014

Bali: The Opening

Yes, Bali. Pertama kali ke sana di tahun 2011. Di saat rata-rata teman-teman gw udah bolak balik Bali beberapa kali, gw masih jadi newbie. But that was so exciting! Tahun-tahun pertama kerja, tekad bulat buat spend the money for traveling. Kebetulan di tahun itu ada tawaran buat ke Bali, so I thought: Let's go!

Dan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Bali, langsung bertekad bulat buat balik lagi. Semakin lama dieksplorasi, langsung bikin rencana hidup buat ke Bali at least once a year. Dan so far tercapai lho, dari 2011 sampe tahun ini, gw udah ke Bali tiap tahun atau at least udah punya tiket pp di tangan yang most likely sih bakal gw gunakan kalau gag ada aral melintang.

Why do I love the island so much? I'm not sure, but here are some things I could think of:

Mungkin yang pertama, Bali itu menyegarkan mata? Haha, cukup jadi rahasia umum kalau bisa mengamati bule (apalagi yang good looking) itu nilai plus dalam sebuah liburan buat gw. Ya, memang sih banyak destinasi lain yang bisa untuk cuci mata juga, tapi niat untuk kembali ke sana tidak sebesar niat untuk berjumpa kembali dengan pulau dewata ini. 

Mungkin yang kedua, it's affordable? Tapi kalau dipikir-pikir lagi,  banyak koq yang affordable kayak Singapore -oke, biaya hidupnya agak mencekik sih, apalagi kalau kurs lagi menggila-, Thailand, atau Malaysia. But, lagi-lagi keinginan balik ke sana masih standar aja. Dan semakin dipikir-pikir lagi, sebenarnya ke Bali itu bukan liburan murah juga sih, rasa-rasanya dana yang dikeluarkan sepadan dengan kalau ke tiga negara di atas.

Atau yang ketiga, because it has everything. Bali itu memberikan berbagai opsi liburan yang bisa dijalani, mulai dari mau jedag-jedug gag jelas di kawasan party (baca: Kuta-Legian-Seminyak); atau menyendiri dalam sepi (baca: Ubud, Lovina, Candidasa); atau menikmati keindahan alam; atau memuaskan jiwa yang haus akan seni dan budaya (I am not really into this, tapi kalau udah terlanjur di sana lihat-lihat sekalian bolehlah); atau wisata kuliner dari yang lokal sampai internasional, dari yang halal sampai gag halal, dari yang cukup dengan IDR 15.000 sampe IDR 150.000 seporsi (atau segelas, eh...); atau adu nyali bungee jumping, rafting, water sports, waterbom; atau cuma mau mindahin aktivitas rutin di tempat asal (for me it's Tangerang or Bandung) ke Bali dengan alasan kepo/mati gaya pun bisa (seperti makan Sushi Tei atau nonton bioskop di Bali-sayang tiketnya abis).

Berkali-kali mengunjungi Bali dalam segala versi: solo or group, with friends or family, high budget or low budget; namun belum sekalipun sempat berbagi cerita di sini. Entah kenapa, mungkin ada keinginan dalam hati untuk menyimpan pesona Bali seorang diri saja, biar Bali gag tambah crowded dan pantai-pantai (agak) rahasia nan sepi itu gag jadi kayak pasar. Haha, egois! Atau karena what happens in Bali should stay in Bali?! Duh,, berasa Las Vegas gitu.

Anyway, I love the beaches, I love the mountain, the traffic, the people, the foods, the ambience, everything. And maybe it's time to start sharing about it, soon hopefully.


Ps. Saking gegabahnya kemarin saat cek-cek tiket di waktu luang langsung beli aja, alhasil gw udah punya planning ke Bali (again and again and again) di 2015. Yihaaa!

Wednesday, January 1, 2014

New Year, Heh?

Yes,  here we are! Gag terasa udah berganti tahun aja, dan ini first post di 2014. Kali ini gag mau ceritain kisah perjalanan ke mana-mana sih, secara tahun 2014 ini paling kering kerontang dibanding tahun sebelumnya, untuk daftar rencana jalan-jalan maksudnya. Why? This is not about money *eeealah...sombongnya parah amat*, tapi ini akibat perjalanan hidup gw yang tiba-tiba berbelok. Begini ceritanya....

Pertama, dimulai dari pindah kerjaan dan pindah kota dari Tangerang ke Bandung *gag pindah sebenarnya, balik aja ke kota sebelumnya*. Efeknya sih jadi gag punya jatah cuti, balik lagi ke masa percobaan, blalalala... I dont know how to plan a holiday in the middle of all these. Secara niat awalnya sih mau ke Filipina atau ke Bangkok plus plus (plus Chiang Mai dan Krabi maksudnya) yang perlu waktu panjang. Bahkan tiket Jakarta-KL yang udah di tangan buat Maret mendatang aja harus diikhlaskan gag terpakai, untung murah *sebenarnya banyak duit apa gag sih*.

Kedua, gw gegabah bikin plan ke Bali di bulan April sama beberapa mantan teman sekantor, gw udah beli tiket perginya lagi *tanda-tanda gag mau pulang*. Entah gimana ceritanya waktu last days di kantor lama itu agak sentimentil, dan mendadak 4 manusia penuh kepolosan dan keluguan *that includes me* sepakat beli tiket ke Bali dengan harga gag murah-murah banget. Alasannya, biar bisa reuni tahun depan. Dan jadwal perginya pun mengharuskan cuti 2 hari, padahal jatah cuti masih minim. Sekarang cuma lagi gag habis pikir aja sih koq bisa ya, tapi bukan berarti menyesal. Bali, here we come! *again and again and again*

Ketiga, I have a pretty big plan this year. Can't tell, can't spoil the detail. Intinya perlu duit banyak dan kalau terlaksana gw jadi harus menekan budget jalan-jalan yang selama ini lintah terbesar buat kondisi finansial gw sih sebenarnya. Married? Astaga, bukan! Ketemu jodoh bisa jadi *amen!*, tapi married tahun ini BIG NO

Hmmpphh...intinya sih gw merasa banyak mengalami perubahan dari tahun 2013 ke 2014 ini. Bagus donk ya, kalo gag berubah kan jadi stagnan hidupnya. But to be honest, i kinda miss the old one lho. Gw kangen jadwal ke mall siang-sore selama weekdays *untungnya punya kantor seberang mall*; kangen kongkow-kongkow sedikit tidak sadar after office hour *sekarang rekan-rekan sejawat sepertinya punya hobi lembur semua atau pulang menghabiskan waktu dengan keluarga, ouuchh*; kangen ngobrol-ngobrol bodoh plus norak di jam kantor *eh, bos, maaf ya...*

But, this is it kali ya. Not that i regret my choice, i do like what i am doing in this new office. Jadi daripada ber-mellow ria yang gag akan mengubah keadaaan, I think new year is a time to move on. Give the year a BIG HUG, maybe there will be some surprises along the way, but the show must go on. Enjoy, buckle up your seat belt, and keep praying! Happy New Year!

note: A person needs a dream to live on, a hope to keep going. So here are some of mine.
Krabi Beach (www.calciumchanel.com)
Boracay Beach (www.boracaybeach.ph)

Thursday, December 19, 2013

Penang: Old City with so many Old People

Alasan pertama gw ke Penang adalah untuk makan kwetiauw-nya (sounds gag penting ya). Tapi kemudian didukung juga sama harga tiket pesawat yang bersahabat dan penasaran ajalah sama tempat yang belum pernah gw kunjungi ini.

Beberapa orang bilang Penang itu surganya kuliner, yah... gw pribadi sih kalau traveling gag segitunya juga untuk mencoba makanan-makanan aneh di tempat tujuan. Beberapa lagi bilang itu tempat berobatnya orang Indonesia. Benar juga sih, banyak orang yang gw kenal pada berobat ke Penang dengan berbagai alasan. Hmmmpphhh...at that time, I had really no idea what to do there beside the famous char kway teow.

Tapi seiring berjalanannya waktu dan banyak-banyak browsing, ketemulah destinasi tetangga yang bisa dikunjungi saat ke Penang, yaitu Langkawi. Ulasan lebih lengkapnya mengenai destinasi tersebut dapat dilihat di sini.

Anyway, berdasarkan pengalaman gw yang cuma beberapa hari ini (mungkin 2,5 hari di Penang-nya sendiri), konsep wisata yang cocok di sana itu wisata sejarah/budaya. Banyak bangunan-bangunan kuno yang merupakan peninggalan entah dari abad keberapa. Gw sih sempat muter-muter tengah kotanya dengan jalan kaki (gag direkomendasikan, capek!) dan Penang itu adalah kota tua, sungguh tua.

KOMTAR
Coba dilihat itu bangunan gedung yang tinggi banget (sebenarnya tinggi biasa aja sih), daerah di sekitar situ dikenal dengan nama Komtar, semacam KL Sentral begitulah, namun hanya merupakan pusat jaringan bis-bis karena belum ada MRT di Penang ini. Di sekitarnya juga terdapat pusat perbelanjaan, yang to be honest sih, gag begitu menarik juga untuk dikunjungi (sok gag tertarik, padahal no money).

Penang Old Town
Mungkin waktu itu gw menjelajahnya terlalu pagi ya, jadi tampaknya masih lengang banget. Atau mungkin gw salah jelajah, bukan ke pusat keramaian (pasar atau yang lainnya). Konsepnya mirip kota tua di Jakarta kan? Masih diwarnai bangunan-bangunan kuno, namun di sini jauh lebih luas wilayahnya dan lebih terawat (atau di Kota Tua sekarang ini juga sudah menjadi bagus?).

Ini adalah beberapa tempat yang bisa dikunjungi di Penang. If you are into history, you're gonna love this city. Me? I just like taking pictures and post it everywhere. If you ask me where they are, to be honest, i dont really remember. Maybe you should come to this city by yourself and find out, or maybe google could be your friend for now. 







Ah! Kalau ke Penang mungkin sekalian mau mengunjungi kawasan yang bernama Batu Ferringhi. Di sini wisatanya lebih ke arah pantai gitu dan lebih ramai dengan turis-turis bule. Kalau malam di pinggir jalannya ada pedagang kaki lima yang jualan berbagai macam barang, yang sebenarnya sih di Indonesia juga banyak, cuma selalu males aja berkunjung. Entah kenapa kalo di sana, noraknya kumat, mungkin karena desak-desakannya sama bule ganteng (hihi).Walaupun barang-barangnya gitu-gitu juga sih, dan kalau gag jago nawar akan berujung pada penyesalan mendalam.

Hal menarik lainnya, di perjalanan kali ini gw juga  sempat-sempatin semalem nginep di hotel bagusan hasil tukar poin Agoda -norak maksimal-. Letaknya di Tanjung Bungah, masih perlu naik bis lagi kalau ke Batu Ferringhi, tapi rasanya gag jauh sih, sekitar 20 menit gitu. Dan bagusnya lagi, di depan hotel persis ada halte bisnya. Sangat membantu. Anyway, ini view dari kamar yang menurut website-nya per 19 Des 2013 ini MYR 750, tapi di Agoda sih sekitar 800 rb sebelum tax. 


Hotel ini memang memiliki akses langsung ke pantai. But please noted, the beach isn't that impressive. Tapi di dekat hotel (gag dekat banget sih, 2 atau 3 halte bus setelahnya ke arah kota) banyak orang yang jualan makanan. Dan pancake/martabaknya manisnya enak lho! -berbeda dengan wujud yang di Indonesia-. Tapi yang jual ternyata adalah engkong-engkong Medan, oh my my... Satu lagi, di tempat yang berbeda tapi masih di dekat tukang pancake/martabak itu, ada yang jualan nasi hainam. Asli, enak parah! Walaupun yang gw coba no pork  pastinya.

Selamat jalan-jalan ke Penang!

Saturday, October 19, 2013

Misteri Langkawi II

Menyambung postingan sebelumnya, gara-gara kunjungan di Langkawi yang cukup singkat terpaksalah gw gag sempat ikutan tour ke Lake of Pregnant Maiden  dan Pulau Beras Basah. Padahal kata orang-orang di beberapa website, ini tergolong tempat tujuan populer di Langkawi.

Akhirnya daripada rugi berat, gw memutuskan mengkompensasi hal ini dengan mengelilingi seluruh main island Langkawi. Dan itu possible banget lho! Secara Langkawi ternyata memiliki luas dari utara ke selatan hanya sejauh 25 km dan dari barat ke timur sedikit lebih panjang daripada itu (sumber:www.langkawi-online.com). Bandingkan dengan Bali yang memiliki jarak utara-selatan sejauh 90km dan barat-timur sejauh 140 km (sumber: www.balitourismboard.org). Kalau dilihat di peta di bawah ini, yang biru-biru itu bisa dikatakan sebagai main road-nya, jadi bolak-balik lewat situ lagi situ lagi.
Peta Langkawi (sumber:www.mappery.com)

Pantai Cenang

Yang paling pertama dikunjungi, pantai yang berlokasi kira-kira 5-10 menit jalan kaki dari hotel gw. Letaknya di bagian selatan Langkawi. Gag terlalu spesial sih, cukup bersih tetapi karena memang berada di pusat tempat wisata jadi yang sudah cukup ramai juga.
Pantai Cenang

Underwater World
Simple-nya sih semacam Seaworld gitu kali ya, gag masuk ke dalam juga gw soalnya karena tiketnya sendiri udah RM38 untuk wisatawan internasional. Terletak di main road kawasan wisata, dekat dengan Pantai Cenang dan sederet dengan duty free shop yang juga menjadi salah satu daya tarik wisata Langkawi. Berhubung udah sampai sana, foto di bagian depannya aja deh ya.
Underwater World Tampak Depan

Pantai Pasir Hitam(Black Sand Beach)
Terletak di bagian utara Langkawi, bisa ditempuh dengan akses jalan aspal yang cukup bagus. Waktu itu kayaknya gw datang kesorean dan pantainya udah sepi banget. Walaupun sempat lihat beberapa orang sedang beres-beres peralatan watersport gitu, mungkin bisa dipakai buat main jetski juga di sini kalau datang lebih siang. 

Yang agak gw bingungkan, namanya sih memang Pantai Pasir Hitam tetapi di sana koq pasirnya putih-putih aja ya. Agak curiga gw salah pantai, tapi gw telusuri lebih jauh waktu itu tetap gag ketemu juga pantai lain yang pasirnya hitam. Dari pantai ini kalau perjalanan diteruskan ke arah lebih utara-timur (bingung deh kan), akan memasuki kawasan Tanjung Rhu Resort (kawasan elite semacam Nusa Dua di Bali gitu gw asumsikan).
Black Sand Beach
Gunung Raya
Terletak di bagian tengah Pulau Langkawi. Agak gag jelas juga sebenarnya ada apa di sini, tapi kawasan wisata ini sempat gw lewati saat menuju ke Black Sand Beach. Karena jalanan juga sepi dan sekalian jalan, mampirlah gw ke sini. Walaupun sesampainya di puncak hanya berujung jalan buntu dan harus putar balik, tetapi di sepanjang jalannya sempat ada beberapa spot bagus untuk foto-foto sih.  Terkadang bisa ditemukan monyet dan iguana di sepanjang jalan ini. Hiii,,tutup jendela! Jalanannya menanjak dan berliku-liku ke atas tetapi sudah beraspal dengan wujud kurang lebih begini.
Menuju Gunung Raya

Langkawi Cable Car
Lokasinya berada di bagian Barat Langkawi, tepatnya di kawasan Oriental Village. Cable car ini menuju ke Gunung Manchinchang dengan harga tiket RM30 dan katanya sih perjalanan bolak-baliknya selama kurang lebih 30 menit. Gw gag sempat ngitungin juga sih karena sebenarnya tiap naik cable car bawaannya deg-degan, tetapi selalu dilakuin lagi dan lagi. Ada beberapa stasiun pemberhentian sebelum sampai ke paling puncak, di mana selain bisa foto-foto kece ada juga stand makanan-minuman-souvenir.
Penampakan salah satu stasiun
View from the cable car
View from the toppest station

Oh, di tengah-tengah perjalanan naik/turun terlihat juga pemandangan Telaga Tujuh Waterfall yang notabene adalah salah satu tempat wisata menarik lainnya di Langkawi. Sayang karena terlalu malas jalan kaki gw pun membatalkan kunjungan ke tempat itu.


Overall, perjalanan ke Langkawi ini cukup menarik dengan segala plus minus-nya. Tempat wisata ini memang belum sepenuhnya berkembang dan masih jauh dari hiruk pikuk yang banyak dijumpai di destinasi lainnya. Jumlah penduduk di wilayah ini tampaknya masih sangat jarang terlihat dari jarak rumah-rumah penduduk yang masih berjauhan, lokasi tanah kosong yang masih bertebaran dan jalanan yang cukup lengang baik siang maupun malam hari. 
Kehidupan di Langkawi
Namun demikian, Langkawi sungguh memiliki potensi untuk bersaing dengan tempat-tempat wisata lain yang sudah lebih dahulu populer. Infrastruktur terlihat sudah cukup memadai dengan jalanan beraspal yang sangat terawat, pelabuhan bahkan bandara yang gag malu-maluin. Oh, perjalanan kembali ke Penang gw putuskan naik pesawat karena sempitnya waktu yang tersisa, di mana lama perjalanan kali ini kurang lebih hanya 30 menit saja. 
On the way to airport
The Airport
So, here's my suggestion: 
You better hurry up before it's getting too crowded in Langkawi. Spend at least 3d2n for first timer and join the tour to Lake of Pregnant Maiden and Beras Basah Island. But i warn you before, there's no interesting night life in Langkawi, at least not based on my experience, but who knows what's gonna happen several years ahead. Enjoy!









Misteri Langkawi I

Bulan Juli 2013 yang lalu gw berkesempatan untuk traveling ke Langkawi (awalnya sih hanya ke Penang, namun bagian ini akan dijelaskan di postingan berikutnya) untuk waktu yang cukup singkat 2D1N. Dan banyak orang bertanya: "Langkawi? Di mana tuh?". Tampaknya destinasi wisata yang satu ini masih agak kurang familiar, yang mana gw sendiri pun tertarik ke sini gara-gara tanpa sengaja melihat foto hotel pool dengan view yang sangat keren di suatu website yang gw lupa namanya. Then I decided I have to go there. Jadilah di balik sempitnya jadwal Penang, gw selipkan kunjungan singkat ke Langkawi ini.

Sejarahnya, yang mana sumbernya jelas Tante Wiki, di Langkawi ini berabad-abad yang lalu ada seorang perempuan bernama Mahsuri yang ditinggal suaminya pergi perang. Nah, saat dia tengah hidup dalam kesepian dan kerinduan akan belaian lelaki *eeeaa,,,melenceng*, kabarnya Mahsuri ini sempat dekat dengan seorang pria muda menawan. Didasari oleh rasa cemburu akan kecantikan Mahsuri yang luar biasa ini, adalah seorang perempuan yang notabene  istri kepala desa menyebarkan rumor bahwa di Mahsuri ini selingkuh.

Berhubung ini cerita terjadi di zaman dulu, Mahsuri pun terancam dihukum mati karena rumor tak sedap itu. Kalau kejadiannya sekarang kan paling banter jadi tenar masuk berita terus cerai rebutan harta gono-gini. Ketika dihukum mati dengan keris peninggalan keluarganya, konon katanya yang keluar dari tubuh Mahsuri adalah darah putih yang membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Di tengah-tengah masa sekaratnya, dikutuklah Langkawi sehingga akan mengalami keterpurukan selama tujuh generasi. So, kabarnya saat ini Langkawi pun mulai menunjukkan eksistensinya karena masa tujuh generasi itu sudah berlalu.

Oke, balik ke kisah perjalanan gw... Untuk ke Langkawi bisa ditempuh dengan menggunakan ferry dari Penang dengan harga tiket pada saat itu (kalau gag salah) sekitar RM60/person/way. Perjalanannya cukup panjang sekitar 2,5-3 jam. Namun kondisi ferry-nya cukup memadai dengan kursi yang layak, ketersediaan air conditioner, pengaturan dan antrian yang teratur dari pelabuhan di Penang hingga masuk ke ferry tersebut. Gag pakai desak-desakan dan rebutan deh pokoknya, bisa bawa koper juga karena ada tempat untuk itu.Setibanya di Langkawi, disambutlah dengan pelabuhan yang menurut gw cukup beradab, di mana sudah ada toko-toko yang cukup rapi dan bangunan yang gag kumuh kayak Pelabuhan Angke, misalnya (ini jauh lho bandingannya).

Penampakan Pelabuhan Penang
Penampakan Pelabuhan Langkawi
Soal transportasi untuk mengelilingi Langkawi paling sesuai menurut gw sih dengan menyewa mobil. Kebetulan waktu itu ada orang yang menawarkan sewa kendaraan self-drive dengan harga RM90/24 hours. Katanya dia (entah sotoy entah bukan), driver license Indonesia gag apa-apa koq. Later, saat lagi mutar-mutar keliling Langkawi gw kena stop sama polisi sana. Tapi waktu dikasih tunjuk SIM Indonesia, mereka oke-oke doank dan akhirnya mengizinkan kita jalan tanpa kebanyakkan embel-embel. Entah beneran gag apa-apa atau mereka gag tega lihat muka gw yang ketauan gag punya duit buat salam tempel ataupun bayar denda resmi. Deg-degan sih tapinya. Haha!


Penampakan Mobil Sewaan
Untuk hotel gw memutuskan menginap di Rasa Eksotika Vacation Home, kayaknya sih alasan utamanya karena murah ya waktu itu. Lokasi penginapan agak sedikit masuk ke dalam tapi mobil bisa parkir pas di depan kamar lho. Nothing's outstanding from this place, tapi lumayanlah. Pantai terletak di seberang jalan, kira-kira 10 menit dari hotel. Bayangin aja kondisi jalan Kuta/Legian, begitulah kira-kira jalanan tempat pusat kawasan wisata ini. Tapi jauh lebih sepi ya.

Next, beberapa destinasi wisata di Langkawi....

Friday, August 23, 2013

Pulau (Pemberi) Harapan (Palsu)

Namanya sih bagus ya, kesannya tempat itu sangat memberi harapan. Namun kali ini isi posting-an gw tidak akan terlalu positif. Dari beberapa pengalaman jalan-jalan, mungkin ini salah satu yang agak gw sesali.

Jadi di suatu weekend setelah menemukan promo voucher murah dari Disdus-Deal Keren (gw lupa yang mana) untuk paket 2 days 1 night di Pulau Harapan, berbondong-bondonglah gw dan beberapa teman kantor pagi-pagi buta menuju Pelabuhan Angke. Oke, ini pengalaman pertama gw banget menjelajah Kepulauan Seribu, dan to be honest, suasana Pelabuhan Angke kan gag kece gitu ya, kotor, amis, becek, hiii.... bangetlah pokoknya. Cukup shocking, but still fun sampe di sini.

Sayang sekali jasa travel agent yang kita pakai buat ke sana menurut gw sih gag terlalu memuaskan. Gag mau sebut nama karena gag enak ati dan nanti gw dibilang mencemarkan nama baik lagi terus dituntut kayak si Prita (masih ingatkah kasusnya?). Mungkin efek harga murahnya ya, atau memang begitu, gag ngerti deh. Pertama, yang paling ngeselin adalah tour guide yang telat. Lha elah, di jadwal disuruh kumpul jam 7, si tour guide odong-odong baru nongol jam 8 an. Kapal udah full parah, udah mau jalan sampai kita kudu lari-lari sepanjang dermaga dan hasilnya kebagian duduk di geladak depan penuh sorotan sinar matahari selama 3 jam perjalanan. Terima kasih lho, mas tour guide!

Dan jangan bayangin kapal-kapal penyeberangan yang oke gitulah ya. Ini bukan seperti kapal yang dipakai menyeberang dari Penang ke Langkawi, full AC, antri dengan tertib, dan semua dapat tempat duduk. Ini kapal yang lumayan besar sih, tapi orang-orang berdesak-desakan, harus duduk ngemper dan kalau beruntung mungkin bisa dapat bagian dalam kapal yang gag langsung bersahabat dengan matahari. Well, tapi untuk kondisi ini sih gag komplain-komplain amatlah, secara gw juga tau harga tiketnya sangat murah.

Setelah 3 jam lebih perjalanan yang penuh perjuangan, tekuk-tekukan badan dan panas-panasan, sedikit terhibur dengan kesempatan untuk melihat lumba-lumba kece walau hanya sekilas. Pulau Harapan, seolah-olah keren, tetapi begitulah adanya kondisi pulau tak berpantai ini (pantai yang bisa dipakai main gogoleran gag jelas dan basah-basahan gitu). Tempat penginapan sudah apa adanya, rumah penduduk dijanjikan dengan kamar AC namun ternyata tidak semua kamar ber-AC. Gw komplain bukan karena panasnya, pantai memang panas, tetapi gw kecewa dengan janji palsunya si travel agent ini.

Ini bukan pengalaman pertama gw pjalan-jalan dengan kondisi seadanya, gw juga pernah ke Sawarna dan sangat terkagum-kagum dengan kondisi alamnya yang amazing. Dan walaupun kondisi homestay di sana pun sederhana, setidaknya mereka jujur dan gw tau apa yang harus gw expect dari awal. Kalau pendapat gw pribadi, masyarakat di Sawarna tampaknya lebih welcome dengan wisawatan. Walaupun kondisi sama-sama terbatas, setidaknya suasana yang ramah dan gag penuh tipuan lebih menyenangkan lho.

Salah satu aktivitas yang bisa (dan kayaknya emang satu-satunya) dilakukan kalau berkunjung ke Pulau Harapan ini adalah snorkeling. Itu juga harus dengan kapal nelayan menuju spot-spot tertentu.Lumayan fun sih, walaupun biota lautnya gag terlalu variatif juga. Tapi daripada gag ngapa-ngapain hayooo. Dan memang, kejernihan air lautnya di beberapa tempat masih patut diacungi jempol, menggoda banget buat nyebur!






Kalau buat gw, perjalanan ini sungguh gag sebanding antara effort dengan hasil yang didapat. Mau mengulang? BIG BIG NO! Mungkin nanti, nanti kalau udah gag ada pantai lain yang bisa gw kunjungi lagi baru gw akan kembali ke Kepulauan Seribu. Perjalanan kali ini, sungguh penuh Harapan (Palsu) dan tidak mengundang niat untuk kembali, apalagi menggunakan jasa travel agent yang sama itu. Cih!
 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net