Namanya sih bagus ya, kesannya tempat itu sangat memberi harapan. Namun kali ini isi posting-an gw tidak akan terlalu positif. Dari beberapa pengalaman jalan-jalan, mungkin ini salah satu yang agak gw sesali.
Jadi di suatu weekend setelah menemukan promo voucher murah dari Disdus-Deal Keren (gw lupa yang mana) untuk paket 2 days 1 night di Pulau Harapan, berbondong-bondonglah gw dan beberapa teman kantor pagi-pagi buta menuju Pelabuhan Angke. Oke, ini pengalaman pertama gw banget menjelajah Kepulauan Seribu, dan to be honest, suasana Pelabuhan Angke kan gag kece gitu ya, kotor, amis, becek, hiii.... bangetlah pokoknya. Cukup shocking, but still fun sampe di sini.
Sayang sekali jasa travel agent yang kita pakai buat ke sana menurut gw sih gag terlalu memuaskan. Gag mau sebut nama karena gag enak ati dan nanti gw dibilang mencemarkan nama baik lagi terus dituntut kayak si Prita (masih ingatkah kasusnya?). Mungkin efek harga murahnya ya, atau memang begitu, gag ngerti deh. Pertama, yang paling ngeselin adalah tour guide yang telat. Lha elah, di jadwal disuruh kumpul jam 7, si tour guide odong-odong baru nongol jam 8 an. Kapal udah full parah, udah mau jalan sampai kita kudu lari-lari sepanjang dermaga dan hasilnya kebagian duduk di geladak depan penuh sorotan sinar matahari selama 3 jam perjalanan. Terima kasih lho, mas tour guide!
Dan jangan bayangin kapal-kapal penyeberangan yang oke gitulah ya. Ini bukan seperti kapal yang dipakai menyeberang dari Penang ke Langkawi, full AC, antri dengan tertib, dan semua dapat tempat duduk. Ini kapal yang lumayan besar sih, tapi orang-orang berdesak-desakan, harus duduk ngemper dan kalau beruntung mungkin bisa dapat bagian dalam kapal yang gag langsung bersahabat dengan matahari. Well, tapi untuk kondisi ini sih gag komplain-komplain amatlah, secara gw juga tau harga tiketnya sangat murah.
Setelah 3 jam lebih perjalanan yang penuh perjuangan, tekuk-tekukan badan dan panas-panasan, sedikit terhibur dengan kesempatan untuk melihat lumba-lumba kece walau hanya sekilas. Pulau Harapan, seolah-olah keren, tetapi begitulah adanya kondisi pulau tak berpantai ini (pantai yang bisa dipakai main gogoleran gag jelas dan basah-basahan gitu). Tempat penginapan sudah apa adanya, rumah penduduk dijanjikan dengan kamar AC namun ternyata tidak semua kamar ber-AC. Gw komplain bukan karena panasnya, pantai memang panas, tetapi gw kecewa dengan janji palsunya si travel agent ini.
Ini bukan pengalaman pertama gw pjalan-jalan dengan kondisi seadanya, gw juga pernah ke Sawarna dan sangat terkagum-kagum dengan kondisi alamnya yang amazing. Dan walaupun kondisi homestay di sana pun sederhana, setidaknya mereka jujur dan gw tau apa yang harus gw expect dari awal. Kalau pendapat gw pribadi, masyarakat di Sawarna tampaknya lebih welcome dengan wisawatan. Walaupun kondisi sama-sama terbatas, setidaknya suasana yang ramah dan gag penuh tipuan lebih menyenangkan lho.
Salah satu aktivitas yang bisa (dan kayaknya emang satu-satunya) dilakukan kalau berkunjung ke Pulau Harapan ini adalah snorkeling. Itu juga harus dengan kapal nelayan menuju spot-spot tertentu.Lumayan fun sih, walaupun biota lautnya gag terlalu variatif juga. Tapi daripada gag ngapa-ngapain hayooo. Dan memang, kejernihan air lautnya di beberapa tempat masih patut diacungi jempol, menggoda banget buat nyebur!
Kalau buat gw, perjalanan ini sungguh gag sebanding antara effort dengan hasil yang didapat. Mau mengulang? BIG BIG NO! Mungkin nanti, nanti kalau udah gag ada pantai lain yang bisa gw kunjungi lagi baru gw akan kembali ke Kepulauan Seribu. Perjalanan kali ini, sungguh penuh Harapan (Palsu) dan tidak mengundang niat untuk kembali, apalagi menggunakan jasa travel agent yang sama itu. Cih!
0 comments:
Post a Comment