Pages

Ads 468x60px

Thursday, December 19, 2013

Penang: Old City with so many Old People

Alasan pertama gw ke Penang adalah untuk makan kwetiauw-nya (sounds gag penting ya). Tapi kemudian didukung juga sama harga tiket pesawat yang bersahabat dan penasaran ajalah sama tempat yang belum pernah gw kunjungi ini.

Beberapa orang bilang Penang itu surganya kuliner, yah... gw pribadi sih kalau traveling gag segitunya juga untuk mencoba makanan-makanan aneh di tempat tujuan. Beberapa lagi bilang itu tempat berobatnya orang Indonesia. Benar juga sih, banyak orang yang gw kenal pada berobat ke Penang dengan berbagai alasan. Hmmmpphhh...at that time, I had really no idea what to do there beside the famous char kway teow.

Tapi seiring berjalanannya waktu dan banyak-banyak browsing, ketemulah destinasi tetangga yang bisa dikunjungi saat ke Penang, yaitu Langkawi. Ulasan lebih lengkapnya mengenai destinasi tersebut dapat dilihat di sini.

Anyway, berdasarkan pengalaman gw yang cuma beberapa hari ini (mungkin 2,5 hari di Penang-nya sendiri), konsep wisata yang cocok di sana itu wisata sejarah/budaya. Banyak bangunan-bangunan kuno yang merupakan peninggalan entah dari abad keberapa. Gw sih sempat muter-muter tengah kotanya dengan jalan kaki (gag direkomendasikan, capek!) dan Penang itu adalah kota tua, sungguh tua.

KOMTAR
Coba dilihat itu bangunan gedung yang tinggi banget (sebenarnya tinggi biasa aja sih), daerah di sekitar situ dikenal dengan nama Komtar, semacam KL Sentral begitulah, namun hanya merupakan pusat jaringan bis-bis karena belum ada MRT di Penang ini. Di sekitarnya juga terdapat pusat perbelanjaan, yang to be honest sih, gag begitu menarik juga untuk dikunjungi (sok gag tertarik, padahal no money).

Penang Old Town
Mungkin waktu itu gw menjelajahnya terlalu pagi ya, jadi tampaknya masih lengang banget. Atau mungkin gw salah jelajah, bukan ke pusat keramaian (pasar atau yang lainnya). Konsepnya mirip kota tua di Jakarta kan? Masih diwarnai bangunan-bangunan kuno, namun di sini jauh lebih luas wilayahnya dan lebih terawat (atau di Kota Tua sekarang ini juga sudah menjadi bagus?).

Ini adalah beberapa tempat yang bisa dikunjungi di Penang. If you are into history, you're gonna love this city. Me? I just like taking pictures and post it everywhere. If you ask me where they are, to be honest, i dont really remember. Maybe you should come to this city by yourself and find out, or maybe google could be your friend for now. 







Ah! Kalau ke Penang mungkin sekalian mau mengunjungi kawasan yang bernama Batu Ferringhi. Di sini wisatanya lebih ke arah pantai gitu dan lebih ramai dengan turis-turis bule. Kalau malam di pinggir jalannya ada pedagang kaki lima yang jualan berbagai macam barang, yang sebenarnya sih di Indonesia juga banyak, cuma selalu males aja berkunjung. Entah kenapa kalo di sana, noraknya kumat, mungkin karena desak-desakannya sama bule ganteng (hihi).Walaupun barang-barangnya gitu-gitu juga sih, dan kalau gag jago nawar akan berujung pada penyesalan mendalam.

Hal menarik lainnya, di perjalanan kali ini gw juga  sempat-sempatin semalem nginep di hotel bagusan hasil tukar poin Agoda -norak maksimal-. Letaknya di Tanjung Bungah, masih perlu naik bis lagi kalau ke Batu Ferringhi, tapi rasanya gag jauh sih, sekitar 20 menit gitu. Dan bagusnya lagi, di depan hotel persis ada halte bisnya. Sangat membantu. Anyway, ini view dari kamar yang menurut website-nya per 19 Des 2013 ini MYR 750, tapi di Agoda sih sekitar 800 rb sebelum tax. 


Hotel ini memang memiliki akses langsung ke pantai. But please noted, the beach isn't that impressive. Tapi di dekat hotel (gag dekat banget sih, 2 atau 3 halte bus setelahnya ke arah kota) banyak orang yang jualan makanan. Dan pancake/martabaknya manisnya enak lho! -berbeda dengan wujud yang di Indonesia-. Tapi yang jual ternyata adalah engkong-engkong Medan, oh my my... Satu lagi, di tempat yang berbeda tapi masih di dekat tukang pancake/martabak itu, ada yang jualan nasi hainam. Asli, enak parah! Walaupun yang gw coba no pork  pastinya.

Selamat jalan-jalan ke Penang!

Saturday, October 19, 2013

Misteri Langkawi II

Menyambung postingan sebelumnya, gara-gara kunjungan di Langkawi yang cukup singkat terpaksalah gw gag sempat ikutan tour ke Lake of Pregnant Maiden  dan Pulau Beras Basah. Padahal kata orang-orang di beberapa website, ini tergolong tempat tujuan populer di Langkawi.

Akhirnya daripada rugi berat, gw memutuskan mengkompensasi hal ini dengan mengelilingi seluruh main island Langkawi. Dan itu possible banget lho! Secara Langkawi ternyata memiliki luas dari utara ke selatan hanya sejauh 25 km dan dari barat ke timur sedikit lebih panjang daripada itu (sumber:www.langkawi-online.com). Bandingkan dengan Bali yang memiliki jarak utara-selatan sejauh 90km dan barat-timur sejauh 140 km (sumber: www.balitourismboard.org). Kalau dilihat di peta di bawah ini, yang biru-biru itu bisa dikatakan sebagai main road-nya, jadi bolak-balik lewat situ lagi situ lagi.
Peta Langkawi (sumber:www.mappery.com)

Pantai Cenang

Yang paling pertama dikunjungi, pantai yang berlokasi kira-kira 5-10 menit jalan kaki dari hotel gw. Letaknya di bagian selatan Langkawi. Gag terlalu spesial sih, cukup bersih tetapi karena memang berada di pusat tempat wisata jadi yang sudah cukup ramai juga.
Pantai Cenang

Underwater World
Simple-nya sih semacam Seaworld gitu kali ya, gag masuk ke dalam juga gw soalnya karena tiketnya sendiri udah RM38 untuk wisatawan internasional. Terletak di main road kawasan wisata, dekat dengan Pantai Cenang dan sederet dengan duty free shop yang juga menjadi salah satu daya tarik wisata Langkawi. Berhubung udah sampai sana, foto di bagian depannya aja deh ya.
Underwater World Tampak Depan

Pantai Pasir Hitam(Black Sand Beach)
Terletak di bagian utara Langkawi, bisa ditempuh dengan akses jalan aspal yang cukup bagus. Waktu itu kayaknya gw datang kesorean dan pantainya udah sepi banget. Walaupun sempat lihat beberapa orang sedang beres-beres peralatan watersport gitu, mungkin bisa dipakai buat main jetski juga di sini kalau datang lebih siang. 

Yang agak gw bingungkan, namanya sih memang Pantai Pasir Hitam tetapi di sana koq pasirnya putih-putih aja ya. Agak curiga gw salah pantai, tapi gw telusuri lebih jauh waktu itu tetap gag ketemu juga pantai lain yang pasirnya hitam. Dari pantai ini kalau perjalanan diteruskan ke arah lebih utara-timur (bingung deh kan), akan memasuki kawasan Tanjung Rhu Resort (kawasan elite semacam Nusa Dua di Bali gitu gw asumsikan).
Black Sand Beach
Gunung Raya
Terletak di bagian tengah Pulau Langkawi. Agak gag jelas juga sebenarnya ada apa di sini, tapi kawasan wisata ini sempat gw lewati saat menuju ke Black Sand Beach. Karena jalanan juga sepi dan sekalian jalan, mampirlah gw ke sini. Walaupun sesampainya di puncak hanya berujung jalan buntu dan harus putar balik, tetapi di sepanjang jalannya sempat ada beberapa spot bagus untuk foto-foto sih.  Terkadang bisa ditemukan monyet dan iguana di sepanjang jalan ini. Hiii,,tutup jendela! Jalanannya menanjak dan berliku-liku ke atas tetapi sudah beraspal dengan wujud kurang lebih begini.
Menuju Gunung Raya

Langkawi Cable Car
Lokasinya berada di bagian Barat Langkawi, tepatnya di kawasan Oriental Village. Cable car ini menuju ke Gunung Manchinchang dengan harga tiket RM30 dan katanya sih perjalanan bolak-baliknya selama kurang lebih 30 menit. Gw gag sempat ngitungin juga sih karena sebenarnya tiap naik cable car bawaannya deg-degan, tetapi selalu dilakuin lagi dan lagi. Ada beberapa stasiun pemberhentian sebelum sampai ke paling puncak, di mana selain bisa foto-foto kece ada juga stand makanan-minuman-souvenir.
Penampakan salah satu stasiun
View from the cable car
View from the toppest station

Oh, di tengah-tengah perjalanan naik/turun terlihat juga pemandangan Telaga Tujuh Waterfall yang notabene adalah salah satu tempat wisata menarik lainnya di Langkawi. Sayang karena terlalu malas jalan kaki gw pun membatalkan kunjungan ke tempat itu.


Overall, perjalanan ke Langkawi ini cukup menarik dengan segala plus minus-nya. Tempat wisata ini memang belum sepenuhnya berkembang dan masih jauh dari hiruk pikuk yang banyak dijumpai di destinasi lainnya. Jumlah penduduk di wilayah ini tampaknya masih sangat jarang terlihat dari jarak rumah-rumah penduduk yang masih berjauhan, lokasi tanah kosong yang masih bertebaran dan jalanan yang cukup lengang baik siang maupun malam hari. 
Kehidupan di Langkawi
Namun demikian, Langkawi sungguh memiliki potensi untuk bersaing dengan tempat-tempat wisata lain yang sudah lebih dahulu populer. Infrastruktur terlihat sudah cukup memadai dengan jalanan beraspal yang sangat terawat, pelabuhan bahkan bandara yang gag malu-maluin. Oh, perjalanan kembali ke Penang gw putuskan naik pesawat karena sempitnya waktu yang tersisa, di mana lama perjalanan kali ini kurang lebih hanya 30 menit saja. 
On the way to airport
The Airport
So, here's my suggestion: 
You better hurry up before it's getting too crowded in Langkawi. Spend at least 3d2n for first timer and join the tour to Lake of Pregnant Maiden and Beras Basah Island. But i warn you before, there's no interesting night life in Langkawi, at least not based on my experience, but who knows what's gonna happen several years ahead. Enjoy!









Misteri Langkawi I

Bulan Juli 2013 yang lalu gw berkesempatan untuk traveling ke Langkawi (awalnya sih hanya ke Penang, namun bagian ini akan dijelaskan di postingan berikutnya) untuk waktu yang cukup singkat 2D1N. Dan banyak orang bertanya: "Langkawi? Di mana tuh?". Tampaknya destinasi wisata yang satu ini masih agak kurang familiar, yang mana gw sendiri pun tertarik ke sini gara-gara tanpa sengaja melihat foto hotel pool dengan view yang sangat keren di suatu website yang gw lupa namanya. Then I decided I have to go there. Jadilah di balik sempitnya jadwal Penang, gw selipkan kunjungan singkat ke Langkawi ini.

Sejarahnya, yang mana sumbernya jelas Tante Wiki, di Langkawi ini berabad-abad yang lalu ada seorang perempuan bernama Mahsuri yang ditinggal suaminya pergi perang. Nah, saat dia tengah hidup dalam kesepian dan kerinduan akan belaian lelaki *eeeaa,,,melenceng*, kabarnya Mahsuri ini sempat dekat dengan seorang pria muda menawan. Didasari oleh rasa cemburu akan kecantikan Mahsuri yang luar biasa ini, adalah seorang perempuan yang notabene  istri kepala desa menyebarkan rumor bahwa di Mahsuri ini selingkuh.

Berhubung ini cerita terjadi di zaman dulu, Mahsuri pun terancam dihukum mati karena rumor tak sedap itu. Kalau kejadiannya sekarang kan paling banter jadi tenar masuk berita terus cerai rebutan harta gono-gini. Ketika dihukum mati dengan keris peninggalan keluarganya, konon katanya yang keluar dari tubuh Mahsuri adalah darah putih yang membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Di tengah-tengah masa sekaratnya, dikutuklah Langkawi sehingga akan mengalami keterpurukan selama tujuh generasi. So, kabarnya saat ini Langkawi pun mulai menunjukkan eksistensinya karena masa tujuh generasi itu sudah berlalu.

Oke, balik ke kisah perjalanan gw... Untuk ke Langkawi bisa ditempuh dengan menggunakan ferry dari Penang dengan harga tiket pada saat itu (kalau gag salah) sekitar RM60/person/way. Perjalanannya cukup panjang sekitar 2,5-3 jam. Namun kondisi ferry-nya cukup memadai dengan kursi yang layak, ketersediaan air conditioner, pengaturan dan antrian yang teratur dari pelabuhan di Penang hingga masuk ke ferry tersebut. Gag pakai desak-desakan dan rebutan deh pokoknya, bisa bawa koper juga karena ada tempat untuk itu.Setibanya di Langkawi, disambutlah dengan pelabuhan yang menurut gw cukup beradab, di mana sudah ada toko-toko yang cukup rapi dan bangunan yang gag kumuh kayak Pelabuhan Angke, misalnya (ini jauh lho bandingannya).

Penampakan Pelabuhan Penang
Penampakan Pelabuhan Langkawi
Soal transportasi untuk mengelilingi Langkawi paling sesuai menurut gw sih dengan menyewa mobil. Kebetulan waktu itu ada orang yang menawarkan sewa kendaraan self-drive dengan harga RM90/24 hours. Katanya dia (entah sotoy entah bukan), driver license Indonesia gag apa-apa koq. Later, saat lagi mutar-mutar keliling Langkawi gw kena stop sama polisi sana. Tapi waktu dikasih tunjuk SIM Indonesia, mereka oke-oke doank dan akhirnya mengizinkan kita jalan tanpa kebanyakkan embel-embel. Entah beneran gag apa-apa atau mereka gag tega lihat muka gw yang ketauan gag punya duit buat salam tempel ataupun bayar denda resmi. Deg-degan sih tapinya. Haha!


Penampakan Mobil Sewaan
Untuk hotel gw memutuskan menginap di Rasa Eksotika Vacation Home, kayaknya sih alasan utamanya karena murah ya waktu itu. Lokasi penginapan agak sedikit masuk ke dalam tapi mobil bisa parkir pas di depan kamar lho. Nothing's outstanding from this place, tapi lumayanlah. Pantai terletak di seberang jalan, kira-kira 10 menit dari hotel. Bayangin aja kondisi jalan Kuta/Legian, begitulah kira-kira jalanan tempat pusat kawasan wisata ini. Tapi jauh lebih sepi ya.

Next, beberapa destinasi wisata di Langkawi....

Friday, August 23, 2013

Pulau (Pemberi) Harapan (Palsu)

Namanya sih bagus ya, kesannya tempat itu sangat memberi harapan. Namun kali ini isi posting-an gw tidak akan terlalu positif. Dari beberapa pengalaman jalan-jalan, mungkin ini salah satu yang agak gw sesali.

Jadi di suatu weekend setelah menemukan promo voucher murah dari Disdus-Deal Keren (gw lupa yang mana) untuk paket 2 days 1 night di Pulau Harapan, berbondong-bondonglah gw dan beberapa teman kantor pagi-pagi buta menuju Pelabuhan Angke. Oke, ini pengalaman pertama gw banget menjelajah Kepulauan Seribu, dan to be honest, suasana Pelabuhan Angke kan gag kece gitu ya, kotor, amis, becek, hiii.... bangetlah pokoknya. Cukup shocking, but still fun sampe di sini.

Sayang sekali jasa travel agent yang kita pakai buat ke sana menurut gw sih gag terlalu memuaskan. Gag mau sebut nama karena gag enak ati dan nanti gw dibilang mencemarkan nama baik lagi terus dituntut kayak si Prita (masih ingatkah kasusnya?). Mungkin efek harga murahnya ya, atau memang begitu, gag ngerti deh. Pertama, yang paling ngeselin adalah tour guide yang telat. Lha elah, di jadwal disuruh kumpul jam 7, si tour guide odong-odong baru nongol jam 8 an. Kapal udah full parah, udah mau jalan sampai kita kudu lari-lari sepanjang dermaga dan hasilnya kebagian duduk di geladak depan penuh sorotan sinar matahari selama 3 jam perjalanan. Terima kasih lho, mas tour guide!

Dan jangan bayangin kapal-kapal penyeberangan yang oke gitulah ya. Ini bukan seperti kapal yang dipakai menyeberang dari Penang ke Langkawi, full AC, antri dengan tertib, dan semua dapat tempat duduk. Ini kapal yang lumayan besar sih, tapi orang-orang berdesak-desakan, harus duduk ngemper dan kalau beruntung mungkin bisa dapat bagian dalam kapal yang gag langsung bersahabat dengan matahari. Well, tapi untuk kondisi ini sih gag komplain-komplain amatlah, secara gw juga tau harga tiketnya sangat murah.

Setelah 3 jam lebih perjalanan yang penuh perjuangan, tekuk-tekukan badan dan panas-panasan, sedikit terhibur dengan kesempatan untuk melihat lumba-lumba kece walau hanya sekilas. Pulau Harapan, seolah-olah keren, tetapi begitulah adanya kondisi pulau tak berpantai ini (pantai yang bisa dipakai main gogoleran gag jelas dan basah-basahan gitu). Tempat penginapan sudah apa adanya, rumah penduduk dijanjikan dengan kamar AC namun ternyata tidak semua kamar ber-AC. Gw komplain bukan karena panasnya, pantai memang panas, tetapi gw kecewa dengan janji palsunya si travel agent ini.

Ini bukan pengalaman pertama gw pjalan-jalan dengan kondisi seadanya, gw juga pernah ke Sawarna dan sangat terkagum-kagum dengan kondisi alamnya yang amazing. Dan walaupun kondisi homestay di sana pun sederhana, setidaknya mereka jujur dan gw tau apa yang harus gw expect dari awal. Kalau pendapat gw pribadi, masyarakat di Sawarna tampaknya lebih welcome dengan wisawatan. Walaupun kondisi sama-sama terbatas, setidaknya suasana yang ramah dan gag penuh tipuan lebih menyenangkan lho.

Salah satu aktivitas yang bisa (dan kayaknya emang satu-satunya) dilakukan kalau berkunjung ke Pulau Harapan ini adalah snorkeling. Itu juga harus dengan kapal nelayan menuju spot-spot tertentu.Lumayan fun sih, walaupun biota lautnya gag terlalu variatif juga. Tapi daripada gag ngapa-ngapain hayooo. Dan memang, kejernihan air lautnya di beberapa tempat masih patut diacungi jempol, menggoda banget buat nyebur!






Kalau buat gw, perjalanan ini sungguh gag sebanding antara effort dengan hasil yang didapat. Mau mengulang? BIG BIG NO! Mungkin nanti, nanti kalau udah gag ada pantai lain yang bisa gw kunjungi lagi baru gw akan kembali ke Kepulauan Seribu. Perjalanan kali ini, sungguh penuh Harapan (Palsu) dan tidak mengundang niat untuk kembali, apalagi menggunakan jasa travel agent yang sama itu. Cih!

Thursday, August 8, 2013

Pha Nga Bay


Ini adalah destinasi lain yang perlu dikunjungi kalau ke Phuket. Hmmpphh..sebenarnya perlu atau gag perlu coba disesuaikan dengan ketertarikan masing-masing orang ya. Soalnya sepanjang hari yang bakal lo liat air..batu..air..batu..air lagi..batu lagi, yang mana airnya pun bukan biru bening bersih jernih menggoda seperti yang ditemukan di Phi Phi Island ya. Air di Pha Nga Bay ini lebih berwarna hijau-coklat-gelap, something like that.

Memang sih salah satu aktivitas di sini include berenang juga, tapi seberapa pengen lo berenang di air hijau itu?


By the way, Pha Nga Bay itu adalah sebuat teluk dengan luas 400 km2 yang terletak di antara Phuket dan semenangjung Malaysia. Dan sejak tahun 1981, kawasan ini dijadikan Taman Nasional dengan + 42 pulau yang tersebar di dalamnya. (as in Wikipedia)

Well, di samping berenang, aktivitas lain yang ditawarkan adalah kayak. Seru juga sih yang ini, karena ada beberapa spot menarik, seperti goa kelelawar yang gelap dan punya bau yang khas itu. Asli  lho seru,pakai berbaring segala di atas kayak itu karena sempit banget dan bakal nabrak kalau nekad duduk tegak.


Di spot yang sulit jangan belagu mau coba-coba sendiri, sudah ada profesionalnya koq. Ada saatnya di mana wisatawan ditawarkan untuk sok-sok kayaking sendiri.Walaupun gw sih prefer tinggal duduk santai ya, capek lho dayung-dayung itu!

Salah satu spot yang membuat Pha Nga Bay ini cukup terkenal adalah James Bond Island, yang katanya sih muncul di film The Mand With The Golden Gun. To be honest, gw sendiri gag tau itu film apa, film tahun berapa, jadi gag bisa membandingkan kondisi dalam film dengan kondisi saat ini (yang lagi-lagi tentunya sudah ramai wisawatan).



Perjalanan keliling (gw rasa sih sebagian kecil) Pha Nga Bay memakan waktu nyaris seharian. Lagi-lagi semua gw pasrahkan pada tour agent yang sudah berpengalaman di sana. Lagipula agak gag ngerti juga sih gimana bisa jalan-jalan di sini tanpa ikutan tour.

Kesimpulan gw dari trip ini, untuk sekedar tahu dan coba-coba, bolehlah sekali ke sini. Rasakan sendiri seru-seruan dan juga bosen-bosenannya. Tetapi destinasi ini bukan tipikal yang cocok untuk dikunjungi over and over again, buang-buang waktu dan uang kalo buat gw. Sejujurnya jadi mikir juga untuk main-main ke Halong Bay, Vietnam, karena rasanya koq akan sama-sama dengan Pha Nga Bay ini.

Selamat berpetualang!

Tuesday, July 30, 2013

Phi Phi Island

PERINGATAN: Jangan nonton film The Beach-Leonardo Di Caprio dalam waktu dekat sebelum elo ke Phi Phi Island.

WHY? Gila, gag sesuai, man!

Beberapa waktu yang lalu, as i told you at my latest post, gw berkesempatan kunjungan ke Phuket. Salah satu jadwalnya sih ke Phi Phi Island, di mana sebelum dan sesudahnya ada beberapa spot yang kita sempat mampir, tapi gw lupa namanya. 

Gw sih gag punya ekspektasi tinggi-tinggi banget waktu mau ke sana, cuma memang pernah dengar kalo Phi Phi Island ini tenar di film The Beach. Sempat sih nonton filmnya, tapi itu udah lama banget sampai gw lupa ceritanya apaan. Kira-kira mungkin begini penampakan Phi Phi Island dalam film The Beach...
source: www.empowernetwork.com

Dan beginilah wujudnya waktu kunjungan gw di Mei 2013 yang lalu ...
Mei 2013

Kejernihan air dan bersihnya pasir pantai masih cukup mengundang untuk berenang-renang ataupun guling-gulingan di pantai. Masalahnya adalah terlalu crowded di sana, yang mana di foto gw di atas itu paling hanya 40% menggambarkan tingkat kepadatan, baik manusia maupun kapal di sana. Gerombolan manusia di pinggir pantai sayang sekali gag sempat tertangkap kamera, tapi percaya aja deh sama gw, jalan aja susah. 

Mungkin itulah sulitnya kalau suatu tempat wisata sudah sangat dikenal dunia, semakin banyak orang berbondong-bondong ke sana dan semakin berkurang daya tariknya. Tapi salut sih gw karena kondisi alam di Phi Phi Island dan sekitarnya ini masih tergolong menakjubkan buat sebuah tempat wisata yang sangat terkenal di berbagai belahan dunia. Warna airnya mengundang banget buat nyemplung!

Snorkeling Spot
Dan terakhir sebelum akhirnya kembali ke mainland, kita sempat mampir dulu ke Khai Island. Dan lagi-lagi sebagaimana layaknya tempat wisata terkenal pada umumnya, ramainyaaa! Yang tampak di bawah ini cuma sebagian kecil dari sisi pulau yang gag terlalu ramai. Lagi-lagi pada waktu itu gw gag menemukan sisi menariknya menfoto deretan manusia di bawa payung pantai. Sayang sekali. Oh, di sini kita juga bisa ber-snorkeling ria melihat ikan-ikan lucu dan manusia-manusia bahagia.
Khai Island
Untuk perjalanan ke Phi Phi Island ini menghabiskan waktu nyaris seharian dari pagi hingga sore. Segala urusan transportasi dan makanan sudah diatur oleh tour yang kita sewa. Ini bukan private tour,tetapi cukup membantu karena kita cukup duduk manis mengikuti arahan dan akan tiba kembali dengan selamat di hotel. 


Namun bisa juga sedikit membosankan karena segala sesuatu diatur, termasuk salah satunya ketika di Phi Phi Island hanya diperbolehkan turun di pantai selama 30 menit karena kepadatan dan antrian kapal yang akan bergantian menepi. Demikian juga halnya dengan di Khai Island dan waktu makan siang. 

Bila ingin kebebasan lebih, ada baiknya merencanakan menginap di Phi Phi Island dan menyewa kapal pribadi dari sana. Gw sih gag tau tarifnya, tapi kalau perginya berombongan seharusnya sih cukup worth it biaya yang di-share dengan kesempatan untuk semau gw.

Oh, satu hal lain yang menarik dari perjalanan gw ini adalah tour guide-nya! Gag tau mesti manggil mbak apa mas, secara lo pada tau kan-lah ya dunia pergantian gender yang cukup marak di Thailand dan sekitarnya. Ini penampakannya, agak blur memang, se-blur identitasnya. Hihi! But (s)he was really fun!
Jennifer's in action

PS. Kalau mau memilih tour ke Phi Phi Island, coba cermati baik-baik fasilitas yang dijanjikan. Ada beberapa tour yang menggunakan big boat saja sehingga gag bisa masuk ke areA yang dipakai syuting The Beach itu. Paling cuma bisa lewat aja. Tetapi ada beberapa tour lainnya yang menggunakan speed boat, seperti tour gw ini, sehingga memungkinkan untuk mampir ke area syuting The Beach (dalam versi penuh manusia itu). Paket tour pertama biasanya menawarkan harga lebih murah. Untuk tour agent-nya sendiri, coba deh JC Tour.

Monday, July 22, 2013

Phuket:Overview

Kejadian langka di mana gw bisa touchdown di rumah jam segini (baca: jam 7 malam) adalah suatu hal yang luar biasa langka, weekdays pula. This feels amazing lho! So, here I am, about to share some stories about Phuket. Udah lama sih jalan-jalannya, sekitar 2 bulan yang lalu, cuma selalu kebentur waktu buat posting di sini.

Ide buat ke Phuket itu sebenarnya melenceng sih, tadinya gw dan beberapa teman mau ke Bangkok. Tapi batal gara-gara berasa bingung mau ngapain di Bangkok. Sok gaya abis, padahal ke Bangkok juga belum pernah. Di tengah kebingungan itu, ketemulah tiket pp dari maskapai ter-paling sering gw pake karena hobi buka harga promo jauh-jauh hari (everybody knows-lah ya) untuk ke Phuket. Dan gag pakai mikir-mikir lagi, di-booking-lah semua urusan pesawat+hotel+tour

To be honest sih ya, ini termasuk jalan-jalan paling gag kere-slash-miskin gw. Tiket gag murah-murah amat (tapi lumayan oke sekitar 1,2 jt pp), hotel di atas budget standar gw (sekitar 800rb/malam), setiap hari ikutan tour dan pakai sewa mobil segala. Bukan style gw banget. 

Eh, tapi gw akui sih hotelnya lumayan kece (Sugar Palm Grand Hillside Hotel), kapan lagi dapat private pool dan view keren karena kita berada di lantai kedua dari paling atas. Dan yah, memang urusan transportasi ini kan agak sulit ya di Phuket, daripada berujung dengan kebingungan, ikutan tour dan sewa mobil atau sewa pick up service dari/ke bandara memang pilihan terbaik sih menurut gw.

SUGAR PALM GRAND HILLSIDE HOTEL
Anyway, waktu kunjungan yang cuma 4 hari 3 malam (hari pertama sampai udah malam juga) rasa-rasanya kurang panjang untuk meng-eksplor Phuket dan Phi Phi Island. Kalau boleh sih udah mau extend aja jadi seminggu, at least ada beberapa hari untuk menginap di Phi Phi, karena kita jadi akan punya banyak waktu untuk enjoy the beach or do anything that we want. 

Kelemahan dengan tour yang kita ikuti untuk ke Phi Phi maupun ke James Bond Island, waktunya serba diatur. Itu sih lumayan ganggu buat gw. Di saat masih pengen bengong di pantai atau berenang-berenang gag penting, udah harus pindah tempat. Agak mengurangi sisi fun-nya.

Pada dasarnya Phuket itu sih agak mirip Bali ya kalau menurut gw, banyak pantai-pantai yang asyik, walaupun  gag bisa dibilang outstanding. Suasana kotanya sih liburan banget, walaupun waktu itu gag terlalu ramai. 

Yang paling asyik di sini itu nilai tukar bath yang relatif kecil banget dibandingin sama rupiah, berasa apa-apa murah dan berujung pada belanja-belanja makanan + baju yang gag penting-penting amat  sebenarnya. Secara gw sendiri kalau traveling paling malas disuruh belanja-belanja. 

Yang kedua asyik itu  infrastuktur jalan di sini lebar-lebar banget, asyik buat nyetir mobil sendiri. Walaupun kalau sampai ketemu polisi sih ya, hehe, bad luck; kecuali driver-nya punya sim internasional atau sim Phuket/Thailand.

Well, apapun itu, buat first timer sih gw reccomend banget JC Tour yang kayaknya cukup tenar ya karena gw sempat baca either di kaskus atau beberapa blog lain yang sebut-sebut nama tour itu. Pelayanannya oke punya, harga so so lah. 

Tapi kalau untuk kunjungan ke sekian, ya, eksplor sendiri aja deh. Mungkin gw bakal balik ke sana someday buat nyantai-nyantai gag penting aja; dengan catatan pantai-pantai Langkawi, yang bakal jadi next trip gw, gag lebih menggoda ya. ;)

Friday, June 21, 2013

Ullen Sentalu : A living museum

Mengutip pernyataan yang tercantum pada profile Ullensentalu di website resmi ini, yaitu: "..... dan saat ini (Ullensentalu) tengah dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan "dead" museum"; itu adalah kesan pertama yang gw dapat waktu menginjakkan kaki di museum ini. Sebenarnya sih gw gag niat-niat amat untuk berkunjung ke sini, bahkan keberadaannya baru gw ketahui saat sibuk browsing destinasi yang bisa dikunjungi di Yogyakarta.

Jadi ceritanya sekitar tahun 2012 lalu gw dan beberapa teman memutuskan untuk main-main ke Yogyakarta dan sekitarnya. Awalnya acara jalan-jalan ini judulnya "Belanja Batik", tapi kan gag mungkin banget kalau 3 hari 2 malam diabisin murni buat melototin toko-toko batik doank. Bosen! At least gw yang bisa mati bosen. Masalahnya, tujuan wisata standar seperti : Malioboro, Prangtritis, Borobudur, dan sejenisnya sudah tidak terlalu menarik minat, secara dari zaman SD juga gw udah ke tempat-tempat itu. Thanks to Mr.Google yang memperkenalkan gw pada destinasi baru, Ullensentalu.

Pertama ngecek website resminya, kesannya horror! Mana ada biaya masuknya 25 ribu kan, saat ini isi otak gw kira-kira: "Hah?Buat ke museum bayar segitu?!". Maklumlah, gw bukan pecinta museum, karena berdasarkan pengalaman hidup selama ke museum di Indonesia ini, isinya gag jauh-jauh dari seram, sepi, gag menarik, gag terawat, gag ngerti. Tapi ketika sudah sampai di Jogja dan mati ide mau ke mana lagi, akhirnya kita pun mendaki/meluncur ke Kaliurang.

Skeptisme gw masih bertahan hingga detik sebelum masuk ke dalam bangunan museum. Dari sedikit ngedumel karena harus keluar 25 ribu sampai kepikiran bisa tidur sambil jalan di dalam museum karena waktu itu masuknya berombongan dan cukup banyak (sekitar 20-an orang) hingga kemungkinan bosen sangat besar karena si tour guide jadi gag kedengeran juga kan ngomong apa. 

Tapi begitu menginjakkan kaki ke dalamnya, kesan pertama gw: dingin! Hmmpphh...mungkin bukan dingin beku gitu sih, tapi lebih ke suasananya yang adem dan nyaman. Walaupun gw yakin banget kalau masuk ke sana malam-malam -which is impossible juga karena udah tutup kan- pasti jadi dingin horror. Anyway, tour guide-nya ternyata komunikatif banget dan gag ngebosenin. Dia bisa bikin cerita sejarah kesultanan Jogja dan Solo -walaupun gw tetap gag akan ingat kalo disuruh cerita ulang- jadi berasa fun. Untuk koleksinya sendiri pun tergolong variatif dan terawat. Udah gitu di tengah perjalanan keliling disuguhin cemilan lagi, makin mantap deh.

Foto gag bisa diambil di semua tempat. Patuh-patuhlah sama si tour guide tentang lokasi yang boleh dan gag boleh dipakai buat foto. Kalau rasa ingin tau lo tinggi banget, rajin-rajin nanya ama si tour guide juga gag apa-apa koq soalnya dia welcome banget. Hmmphh...sebenarnya gag tau apakah semua tour guide di sana standar kualitasnya sama atau emang gw lagi kebetulan dapat tour guide yang bagus sih. Anyway, ini sedikit (beneran sedikit) foto-fotonya...







Saturday, May 25, 2013

Overnight @ Terminal 3 SHIA

Sejujurnya ya, ide ini muncul last minute banget tanpa persiapan mental yang memadai -kayak mau ngapain aja-. Jadi beberapa waktu yang lalu saat mau berkunjung ke Bromo dan demi mendapatkan tiket agak murah untuk penerbangan ke Surabaya, jadilah gw membeli tiket maskapai Tiger Airways/Mandala itu yang jadwal terbangnya sekitar jam 4 pagi. Eh buset! Bodohnya gw sih waktu itu baru sadar betapa paginya jadwal pesawat gw itu setelah semua urusan bayar-membayar terpenuhi. Ah!

Dan buat berbagi info aja sih, kebetulan rumah gw itu gag tetanggaan sama Bandara Soekarno Hatta itu. Malah kalau dipikir-pikir bisa sekitar 45 menit perjalanan dengan catatatan jalanan sepi melompong. Tapi walaupun gw yakin jalanan di sekitar pukul 2 pagi itu pasti kosong melompong, masalahnya gw juga gag tau siapa yang bakal gw suruh nganter ke bandara. Mau naek taksi, mahal cuy! Sebenarnya sempat terbersit ide untuk nginep di hotel-hotel yang ada di sekitar bandara, tapi setelah ditelaah lebih lanjut, koq kayaknya sama aja mahalnya sama duit taksi.

Akhirnya dengan otak gw yang cemerlang ini -biasa aja sih sebenarnya-, gw pun memutuskan untuk mencoba tidur di bandara. Dan protes pun datang bertubi-tubi dari orang-orang yang tau rencana gw ini, intinya sih pada bilang gw ngaco, karena sebenarnya ini kan pengalaman pertama banget tidur di bandara dan gw langsung sok-sokan jadi single fighter alias ngemper tanpa teman. To be honest sih deg-degan lho, karena emang gag kebayang bakal jadi kayak apa, dan excited-nya itu menurut gw bikin adrenalin naik -norak-.

Untunglah gw hidup di dunia yang sudah kenal internet dan om google, klik-klik dikit muncullah beberapa sharing orang-orang yang udah pernah melakukan hal serupa. Gw baca-baca, rasa-rasanya cukup aman nih sendirian luntang-lantung di bandara, apalagi di terminal 3 yang menurut gw cukup baru dan gag kumuh-kumuh amatlah kayak terminal-terminal lainnya. Oke, tekad bulat!

Sekitar pukul 10 malam, diantar oleh teman yang cukup baik hati, gw pun tiba di terminal 3 bandara. Suasana masih cukup ramai dan hidup deh ya pokoknya. Pertama-tama masuk J.Co, bengong-bengong dan jajan-jajan dikit sambil menikmati hiruk pikuk bandara. Beramai-ramai dahulu, bersepi-sepi kemudian. Sekitar jam 1/2 12 malam, mulai bingung mau ngapain lagi secara udah mulai garing bengong di J.Co. 

Akhirnya keliling-keliling ke lantai atas dan menemukan tempat duduk di dekat eskalator yang cukup sepi dengan AC yang cukup dingin. Gw pun memutuskan rileks di sana sambil memikirkan cara tidur malam itu. Mau ngemper di lantai koq rasanya masih gimana gitu, keras lagi kayaknya. Masih ada orang lalu lalang juga, kan malu kalo diusir satpam. Untunglah smartphone tercinta sudah diisi penuh film-film keren yang cocok banget untuk membunuh waktu. Semakin larut ternyata orang-orang yang juga ada di sana mulai menggabung-gabungkan kursi yang kemudian digunakan untuk tidur. Yah, walaupun jauh dari nyaman, gw sih ikutin aja. Abis bingung juga mau gimana lagi.

Secara ini pengalaman pertama, gag bisa tidur-tidur amat juga sih. Sempat terlelap 1-2 jam, tapi agak waswas juga ada yang bakal maling barang bawaan yang cuma satu tas ransel itu. Sekitar pukul 2 pagi mulai kebelet, dan walaupun horror berat waktu mau ke WC bandara yang bersih sih tapi sepi banget gila -siapa juga yang mau berkeliaran di WC jam segitu kan-, dengan berbekal doa dan tekad bulat, untunglah gag ketemu siapa-siapa ataupun apa-apa. 

Kemudian sekitar jam stengah 3 pagi pun teman-teman sepenerbangan gw berdatangan ke bandara. Akhirnya malah kongkow-kongkow sambil nunggu counter dibuka untuk check in. Tapi gw perhatikan saat itu sih orang-orang masih pada tidur lelap. Wah, mungkin gw harus lebih sering lagi tidur di bandara biar jadi expert kayak mereka. Pengalaman ini buat gw sih menarik abis dan akan gw coba lagi di beberapa bandara lainnya, walaupun pastinya milih-milih donk dengan mempertimbangkan kondisi bandara dan tingkat keamanannya.

Anyway, kadang traveling mengajarkan gw untuk keluar dari comfort zone, dan gw suka aja ketika menyadari kalau gw bisa survive lho dengan kondisi seperti itu. Survive itu bisa karena mau belajar beradaptasi tapi juga pakai otak supaya gag jadi bablas dan malah mencelakakan diri sendiri. Menemukan pengalaman baru dan menarik, I am so in love with traveling!

Ps.Agak nyesel gag inget foto-foto suasana bandara di malam itu. Maklum, newbie masih norak.

Saturday, May 4, 2013

Menengok Wisata Tetangga : Sawarna Part II

Melanjutkan kisah Sawarna pada posting-an sebelumnya, eksplorasi Sawarna dimulai di Sabtu pagi dan berlanjut sepanjang hari ini. Sungguh dengan semangat 2000 -sudah bukan zamannya lagi semangat 45-, dengan ditemani satu guide lokal yang handal dan unyu -maaf lagi mabok-, rombongan pun memulai perjalanan -asli dengan kaki-.


Tujuan pertama adalah Goa Lalay, yang kabarnya merupakan sarang kelelawar dan isinya penuh kotoran kelelawar. Unyu! Masuk Goa bayar per orang, lupa sih berapa tapi rasanya murah banget deh waktu itu. Berdasarkan pengalaman sih siap-siap basah at least sampai dengkul naik dikitlah ya kalo tinggi badan lo sampai 170 cm, kalau di bawah itu ya basahnya makin ke atas deh. Belum lagi kalo mempertimbangkan resiko kepleset karena pijakan di goa yang sungguh licin -kayaknya itu tanah liat deh-, bisa jadi basah sekujur tubuh. Untung gw enggak. Tapi demi keamanan, packing yang bener dulu semua barang bawaan.

Penampakan Jalan Masuk Goa Lalay

Setelah eksplorasi Goa Lalay selesai, paling itu sekitar 20 menitlah ya, perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Legon Pari. Kata si tour guide sih ini pantai private, sepi dan kece. Asyik deh! Yang gag asyik adalah lika-liku perjalanan menuju ke sana, lewat jembatan gantung goyang lagi -kali ini gw punya fotonya lho- ditambah mendaki bukit lewati lembah selama kurang lebih, 1 jam rasanya. Jangan lupa ditambah panasnya matahari + perut udah mulai menuju lapar. Maknyoss!



Walaupun sih setelah sampai ke Pantai Legon Pari itu, memang kece sih. Tetapi yang paling gw suka adalah suasana sepinya, airnya pun masih bersih banget. Tanpa ragu-ragu langsung berbasah-basah ria deh. Udah 6 tahun gag nyentuh pantai ini,,, astaga!


Pantai Legon Pari
Sekitar pukul 1 siang rombongan memutuskan kalo panggilan perut lebih mendesak ketimbang keinginan untuk terus menikmati indahnya alam di Legon Pari. Ternyata untuk mendapat makan siang pun masih harus berjalan ke Pantai Ciantir yang kalo dirasa-rasa waktu itu sektar 20 menit waktu perjalanan jauhnya. Rutenya kali ini menyusur pantai, mendaki bukit, membelah hutan, judulnya tetap menguras tenaga! Bahkan sampai memakan korban sandal jepit gw, untung gw sudah siap sedia dengan sandal cadangan.


Pantai Ciantir
Pengalaman Paus Terdampar
Perbedaan yang nyata tampak antara Pantai Ciantir dan Pantai Legon Pari, di mana Pantai Ciantir jauh lebih ramai walaupun tidak penuh sesak. Masih nyaman, hanya memang jumlah pengunjung pantai ini lebih banyak. Mungkin juga karena persoalan akses yang lebih mudah untuk sampai ke Pantai Ciantir ini bila langsung dari Desa Sawarna, bisa naik ojek dengan ongkos Rp 10 ribu sekali jalan lho! Namun mengingat ombaknya yang tidak setenang di Pantai Legon Pari, pengunjung perlu ekstra hati-hati agar tidak terbawa suasana ombak ke tengah laut. Kabar dari tour guide yang menemani rombongan waktu itu sih sempat ada orang yang nyaris lenyap terbawa ombak di minggu sebelumnya. Hiii!

Untunglah di Pantai Ciantir gw menemukan sahabat baru yang banyak membantu di perjalanan-perjalanan berikutnya, ojek! Tarif ojek di sini kabarnya flat jauh-dekat Rp 10 ribu sekali jalan, tapi itu kata tour guide rombongan gw doank sih, bisa jadi benar bisa jadi enggak. Pokoknya setelah menguras banyak-banyak energi sepanjang hari itu, akhirnya gw dan rombongan memutuskan menggunakan ojek sebagai moda transportasi dari Pantai Ciantir-homestay-Pantai Ciantir-homestay lagi. Jadi ceritanya setelah kotor-kotoran, bersih-bersih dulu di homestay, balik lagi buat dinner + bakar-bakar jagung di pinggir pantai -ihiyy,,asyik!-. Tapi kalo mau mengikuti jejak gw, jangan lupa siapin Tolak Angin daripada besoknya tepar gag bisa jalan-jalan lagi.

Last day di Sawarna, masih ada satu tempat lagi yang bisa dikunjungi, yaitu Pantai Tanjung Layar. Tadinya sempat ditawarin untuk eksplor sebuah goa lagi -lupa namanya-, tapi karena rasanya pantai lebih menarik daripada goa, jadilah kita tolak ide itu. Saat gw ke sana ternyata air lagi pasang, jadilah untuk menyeberang ke karang-karang -demi foto-foto narsis-, kita harus basah-basahan dulu. Padahal berdasarkan info teman gw yang udah pernah ke sini juga sebelumnya, kalo lagi gag pasang, gag harus basah-basahan untuk foto-fotoan di karang itu. Hmmpphh...udah nanggung juga sih, lanjutkan!





Mohon dicatat, mengingat keterbatasan waktu dan energi -dan tingkat kerajinan yang rendah-, akhirnya gw dan rombongan juga naik ojek ke Pantai Tanjung Layar ini. Sangat disarankan buat orang-orang malas kayak kita, walaupun akhirnya setelah itung-itungan koq berasa perjalanan ini jadi mahalan di ongkos ojek -haha-, secara rombongan gw kan lumayan banyak.

Akhirnya kita semua cabut dari Sawarna sekitar jam 1 siang, dengan kondisi belum lunch dan susahnya nyari tempat makan yang sreg di hati sepanjang perjalanan itu. Pokoknya akhirnya makan siang terlambat ditambah macet, sekitar jam 10 malam baru menginjakkan kaki di daerah Serpong lagi. Keren! Mungkin ada baiknya kalo ada yang mau ke Sawarna, minta sama homestay-nya untuk menyediakan makan siang juga di hari Minggu siang itu, mungkin ada charge tambahan sih.

Overall, perjalanan ke Sawarna ini cukup kece berat menurut gw. Kalo ditotal-total sebenarnya dengan jumlah orang yang lumayan banyak akan lebih murah kalo lo arrange trip sendiri daripada ikutan tour yang harganya bisa Rp 400-500 rb/pax -harga ini sempat gw lihat di disdus sih,tapi gag pernah gw cari perbandingan di travel agent lain-.

Tapi kalo ditanya apakah gw akan balik lagi ke Sawarna? Mungkin gag dalam waktu dekat karena masih traumatis dengan energi yang perlu dikeluarkan dan akses jalan yang lumayan penuh perjuangan untuk ditempuh. Tapi someday sih bakal baliklah selama kondisi alamnya masih semenarik saat pertama gw kunjungi dan belum terusak oleh eksplorasi manusia yang cenderung suka berlebihan. Untuk saat ini, mau eksplor tempat-tempat lain dulu ya :D

Perincian Biaya: (asumsi mobil Avanza/Xenia, 1 mobil 5 orang)
1. Bensin+Tol+Parkir Rp 250 rb --> Rp 50rb/org
2. Penginapan+ Makan --> Rp 150 rb/org
3. Tour Guide Rp 100 rb --> Rp 20 rb/org
Total : Rp 220 rb/org (belum termasuk biaya jajan + ojek)









 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net