Pages

Ads 468x60px

Friday, March 29, 2013

LOMBOK MENANTANG 1


Tentang trip ke Lombok di sekitar bulan Februari 2012 yang lalu ini sebenarnya udah pernah di-post di blog lama gw. Namun mengingat blog lama gw itu penuh ketidakjelasan dan ketidakfokusan, jadi gw pindahkan postingan ini di sini. Selamat membaca & Selamat jalan-jalan ke Lombok!

Day 1:

Tiba di Lombok dengan pesawat "pippippippip Air" -yang pilotnya sempat heboh diberitakan kena kasus narkoba itu lho- sekitar pukul 10 pagi. Pendaratan pesawat yang agak kurang smooth sih menurut gw mengawali kisah perjalanan Lombok Menantang.



Begitu keluar bandara, yang katanya Bandara Internasional Lombok (BIL) tapi masih jauh dari kesan 'internasional', udah dibikin males sama mas-mas yang menawarkan jasa ke Gili Trawangan dengan sangat keukeuh. Oke, gw tau itu kerjaan mereka buat menarik turis, tapi entah kenapa penawaran yang menurut gw agak maksa itu -abis gag ngerti banget ya body language orang yang gag tertarik sama situ?!- cukup mengganggu. Dikejar-kejar mulu booo ke manapun kaki melangkah. Harga penawaran untuk charter mobil dari BIL ke Pelabuhan Bangsal -ini pelabuhan di mana kita bisa naik kapal untuk ke Gili Trawangan- berkisar dari 200rb-600rb.

Ya...karena gw dan teman-teman tergolong wisatawan kere/hemat, dengan tekad bulat dan mental baja akhirnya kita berhasil memperoleh informasi kalo ada Damri dari BIL ke Senggigi. Menurut mas-mas Damri-nya, nanti dari Senggi bisa naik angkutan desa untuk ke Pelabuhan Bangsal. Jadilah kita beli tiket Damri seharga 25rb/orang dan berangkat menuju Senggigi, perjalanan berlangsung selama kira-kira 1,5 jam.

Di pemberhentian terakhir di Senggigi sana sopir bus Damri menawarkan untuk memesankan tiket kapal ke Trawangan karena menurut dia nanti kita kehabisan kalo beli di pelabuhan. Dia juga menawarkan jasa temannya, yang adalah sopir angkutan desa, untuk mengantar kita ke pelabuhan itu. Jreng jreng jreng.... ongkosnya 80rb saja teman-teman -ini nada gw sinis lho- Si sopir angkutan desa, yah lo bayangin ajalah model-model angkot gitu, mengatakan bahwa di sana jarang sekali angkutan ke Pelabuhan Bangsal, kalau mau ya harus charter. Memang sih sejauh pemandangan mata gw waktu itu daerah Senggigi, yang katanya daerah pariwisata Lombok, sepi mampus deh.

Lagi-lagi gw dan teman-teman gw sebagai manusia-manusia ngotot, dan sebenarnya saat itu kita udah bete berat karena kelaperan -udah jam 1 dan belom makan lho dari pagi- dan karena begitu banyaknya orang di sana yang hobi nawarin "charter aja mbak, charter aja", kita pun dengan gagah berani menolak tawaran si sopir angkutan desa itu. Kita yakin ada cara untuk sampai ke Pelabuhan Bangsal dengan lebih murah! Walaupun jujur yak, ketar-ketir juga sih melihat jalanan yang dipenuhi banyak bangunan hotel itu begitu lengang.

Tetapi sepertinya Tuhan mendengarkan jeritan hati anak-anaknya -udah gini aja sok rohani-, tiba-tiba lewatlah sebuah taksi Blue Bird -Oh, my! How I love this taxi soooo muchhhh!!- yang menawarkan untuk mengantar kita ke pelabuhan dengan menggunakan argo, dan menurut dia sih berdasarkan pengalaman hidupnya sebagai sopir taksi  biasanya argo berhenti di angka 70rb. Hmmpphhh...timbang-timbang, pikir-pikir, sepertinya kita sudah kehabisan options nih! Lagipula kayaknya lebih worth it keluar 70rb buat Blue Bird pake AC daripada 80rb naik angkutan desa itu.

Ngobrol-ngobrol sama si sopir taksi, akhirnya kita pun tahu kalo daerah wisata di sini memang ramainya cuma di bulan-bulan Juni-Agustus. Kalo lagi low season ya sepi mampus begini. Sempat deg-degan, jangan-jangan udah sampai Trawangan sepi juga lagi, kayak pulau hantu gitu deh. Hiiii.....
Spot -lupa namanya apa-, hasil rekomendasi sopir taksi, dalam perjalanan ke Pelabuhan Bangsal.

Sekitar pukul 2 siang, setelah menempuh jarak sekitar 25 km-an -asli gw lupa berapa tepatnya walopun si sopir sempat ngasih tahu-, sampailah kita di Pelabuhan Bangsal. Setelah bayar ongkos taksi, dan masih harus jalan kaki sekitar 100-200 m kira-kira karena taksinya gag boleh masuk daerah pelabuhan, dibikin keki lagi sama mas-mas parkir yang suruh kita bayar 3rb karena taksinya udah terlanjur masuk arena parkir -gag tau terlanjur gag tau emang harus ya-. Ihhh...padahal kan cuma nurunin kita doank, masak gitu aja kena uang parkir. Bukan soal nominal uangnya sih, cuma keki aja rasanya seperti semua di sini di-uang-kan.

Memasuki kawasan pelabuhan, langsung diserbu sama mas-mas ajaib -mereka doyan banget deh ganggu wisatawan- yang menawarkan tiket kapal untuk menyeberang. Ya...gini-gini kan gw sama teman-teman sebelum pergi juga udah riset dulu, kita udah rencana niatnya naik public boat yang harga tiketnya 10rb saja/orang. Tapi ada aja mas-mas ajaib yang sok-sok nipu kalo public boat udah penuh dan baru ada 2 jam lagi, saran mereka adalah: charter aja mbak charter -ehhh busettt!!!-

Untung teman seperjalanan gw ini sigap banget, dengan nyali besar walaupun badan kecil -upppsss- dia langsung menuju ke kapal yang memang tampak sudah diisi orang-orang dan nekad langsung bayar ke mas-mas penjaga kapalnya, padahal di belakang kita udah pada teriak-teriak "tiket oii tiket". Dan naiklah kita ber-3 ke kapal itu, cukup dengan 10rb saja per orang. Coba bandingkan dengan tawaran charter kapal seharga 200rb, wow! Cuma masalahnya, karena kejadian 'memaksa naik' itu, sampai sekarang gw sebenarnya gag tau tempat jual tiket yang official di Pelabuhan Bangsal itu di mana sih. Haha!

Sepanjang naik kapal sejujurnya gw deg-degan, agak membayangkan apa jadinya kalo itu kapal diterjang ombak dan terbalik. Kebetulan langit sudah mulai menghitam saat itu. Gw pun tengok-tengok sekeliling kapal dan menemukan beberapa baju pelampung tergantung di bagian atas. Berhitung, dan ternyata jumlah bajunya hanya beberapa, tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang mencapai angka 35 itu. Pening! Tetapi gw berusaha berpikir positif, gw alihkan pikiran dari kemungkinan kapal terbalik menjadi kapal mogok di tengah lautan yang batas-batasnya gag jelas ini -di mana letak positifnya sih?-. Tetap dag dig dug akhirnya.

Sekitar 40 menit kemudian kapal sudah akan menepi di Gili Trawangan, namun sayang, imajinasi negatif gw yang kedua pun terjadi. Mesin kapal mati, menolak untuk menyala lagi betapapun awak kapal -mas-mas kapal- mencoba untuk menyalakan mesin itu. Padahal daratan tinggal sejengkal lagi -oke...gw lebay-. Tapi pokoknya sudah cukup dekat ke tepi pantai deh, walaupun gag cukup dekat untuk turun dari kapal tanpa bikin badan dan bawaan basah kuyup. Parahnya, gag ada satupun kapal-kapal lain yang mau nolongin kapal kita. Mereka cuma melihat dari pinggir pantai kayak manusia bodoh -sori dori stroberi, emosi-. Sampai-sampai kapal gw ini udah mulai agak-agak terbawa ombak kembali agak ke tengah laut.

Setelah sekitar 30 menit kali ya, akhirnya entah apa sebabnya -gw anggap aja kebaikan Tuhan deh-, ada satu kapal yang mau menolong menarik kapal mogok ini ke pinggir. Tetapi karena salah perhitungan atau gimana, setelah ditarik dan dilepaskan lagi, kapal kita melaju agak tidak terkendali dan menabrak kapal yang sudah ada di tepi -jangan bayangin tabrakan heboh sampai ada korban jiwa atau kapal terbelah, tapi tetap aja ini nabrak woii nabrakkkk!!!-. Untunglah, akhirnya tanpa perlu ber- dag dig dug lebih lama lagi, gw dan teman-teman bisa turun dari kapal ajaib itu. Gili Trawangannn,,here we come!!!! Sok-sok excited padahal saat itu udah bete + kelaperan mampus dan mulai mempertanyakan: ini kenapa trip baru hari pertama udah ribet begini yak?!

(bersambung...)

Saturday, March 16, 2013

Sentosa Island : Jalan-Jalan Murah II

Lokasinya masih sama, Singapore. Temanya pun masih sama: murah. Mengingat sebenarnya kedua hal itu cukup susah untuk digabungkan, tapi bukan berarti impossible. Sebenarnya sih  asalkan kita pintar-pintar seleksi tujuan dan punya ketahanan iman yang kuat (baca: irit makan jangan kebanyakkan jajan apalagi belanja), everything's possible.


Sentosa Island, sebenarnya konsepnya sendiri mirip dengan Ancol sih. Di dalamnya ada taman bermain, ada pantai, ada hotel dan area wisata lainnya. Kalau Ancol udah mulai berkurang tingkat ke-kece-annya, mungkin bolehlah dipertimbangkan main-main ke sini. Makkk...jauh yak! 



Sebagaimana terjangkaunya tiket masuk Ancol, begitu pulalah terjangkaunya tiket masuk Sentosa Island. Asli, terakhir ke sana (2011) itu cuma SGD 1 aja/orang. Ingat,  pintar-pintar pilih akses tapinya!(*) Cara paling murah, jalan kaki sejauh 700 m dari Vivo City (**) melewati Sentosa Broadwalk. Begitu sampai di Vivo City, carilah pintu keluar yang menghadap ke laut untuk dapat menemukan Sentosa Broadwalk ini.



Dengan dana segitu, lo bisa:

(1) Foto-foto narsis di depan bola dunia-nya Universal Studio Singapore (USS) kayak orang-orang gitu deh. Ingat, cuma di depan lho, bukan masuk USS-nya! Tapi lumayan kece buat pamer-pamer norak.
                       


(2) Foto-foto narsis di berbagai spot menarik lainnya







Replika dari patung The Thinker. Saat ini yang asli berada di Musee Rodin di Paris dan dibuat oleh Auguste Rodin pada tahun 1902.







Merupakan icon dari Singapore dalam wujud singa laut. Berdasarkan informasi dari Wikipedia, bagian tubuh yang berwujud ikan melambangkan asal mula Singapore yang adalah desa nelayan dan dikenal dengan nama Temasek. Sedangkan bagian kepala yang berwujud singa mewakili nama "Singapura" yang berarti kota singa. Selain berada di dalam kawasan Sentosa Island, patung Merlion ini juga terdapat di kawasan Merlion Park yang berlokasi tidak jauh dari Marina Bay.


                                

(3) Aktivitas lainnya yang mungkin dilakukan di sini adalah mengunjungi pantai-pantai berikut: Palawan Beach, Siloso Beach dan Tanjong Beach. Namun jangan harapkan pantai-pantai yang menawan seperti di Bali atau Lombok, atau bahkan Pantai Sawarna di Banten. Pantai-pantai yang ada di Sentosa Island ini kurang menarik, bahkan berdasarkan info dari salah seorang kerabat di sana, mereka adalah pantai buatan. Kalau cuma untuk sekedar berbasah-basahan setelah lelah & panas mengelilingi kawasan Sentosa Island sih bolehlah.
                                

Mengingat temanya adalah "murah", walaupun di Sentosa Island itu ada segudang atraksi dan wahana lainnya, agak sulit sih memang untuk menikmati semua itu cuma dengan SGD 1 itu tadi. Setiap atraksi biasanya ada harga tiketnya masing-masing dan to be honest sih memang cukup mengganggu ketentraman isi kantong. Buat info aja, siapa tau pas ke sana dana lagi agak berlebih dan mau coba-coba kan, Sentosa Island sebenarnya terbagi jadi 4 area utama:

IMBIAH LOOKOUT ini memiliki 11 atraksi menarik dari yang bikin adrenalin naik sampai yang edukatif, seperti: Butterfly Park and Insect Kingdom, atraksi 4D, Singapore Cable Car, The Merlion, Skyline Luge Sentosa, dan lain-lain. Pengalaman gw salah satunya mencoba Skyline Luge Sentosa, itu seru lho, walaupun harus merogoh kocek kurang lebih SGD 20 untuk 3 kali naik Luge & Skyride-nya. Dan sejujurnya, gw takut naik Skyride, jadi maaf-maaf aja gag ada foto buat dipajang, mau gerak dikit aja serem apalagi ngambil foto narsis. 

BEACHES, seperti udah sempat gw sebutkan di atas, di Sentosa Island terdapat 3 area pantai yang berbeda, yaitu Palawan, Siloso, dan Tanjong yang membentang sejauh 3,2 km. Dan so far dari hasil pengamatan gw, kalau mau pantai yang enggak begitu ramai, pergilah ke Tanjong Beach. Walaupun kalau ditanya mana yang paling bagus, itu sulit. Soalnya cukup standar sih.

SILOSO POINT ini area untuk pembelajaran sejarah dan juga dunia underwater gitu deh. Sepertinya waktu kunjungan 2011 yang lalu gw kurang mengeksplorasi area ini, jadi maaf-maaf aja ya informasinya sangat minim.

RESORT WORLD SENTOSA udah pasti di sini ada Universal Studio Singapore yang sungguh tenar itu.Berdasarkan website resminya saat gw cek di 2013 ini tiket masuk seharga SGD 74, tapi seingat gw di tahun 2011 itu sekitar SGD 60-an untuk adult. Itu aja gw sangat berpikir untuk masuk ke sana, dan dari 2 kali kunjungan ke Singapore di tahun yang sama, akhirnya gw tetap belum pernah masuk dan mengeksplorasi USS. Haha! Antara pelit, irit, apa gag punya duit, gag tau juga sih.  Oh, kalau mau bermalam di resort dan berkunjung ke casino di sini boleh juga lho! Tapi ingat, siapkan dana super lebih :D


Informasi Tambahan:

(*) Akses menuju Sentosa Island sebenarnya bisa dengan menggunakan bus, cable car dan juga monorail Sentosa Express. Jika ada dana lebih dan ingin menggunakan mode transportasi lain:
BUS: setibanya di Vivo City carilah pintu keluar yang menghadap ke jalan raya. Di sana ada halte bus yang letaknya tepat di seberang Merrill Lynch Bank. Carilah bus dengan nomor RWS 8 yang beroperasi dari pkl 06.00-23.30 dengan harga tiket SGD 2 untuk pulang pergi.
MONORAIL SENTOSA EXPRESS: Terletak di Vivo City lantai 3, harga tiket SGD 3 untuk sekali jalan/orang, dengan jam operasional dari pukul 07.00-24.00.
CABLE CAR: beroperasi dari pkl 08.30-22.00 dengan harga tiket SGD 24/orang dewasa untuk sekali jalan dan SGD 26/orang dewasa untuk pp.

(**) Vivo City merupakan salah satu mall yang ada di Singapore. Untuk akses ke sana bisa dengan menggunakan MRT yang berhenti di Harbourfront. Dari sana carilah pintu keluar ke arah Vivo City.




Monday, February 4, 2013

Singapore Botanic Garden: Jalan-Jalan Murah I

Pengalaman pertama gw ke luar negeri itu ke Singapore, dan udah cukup menghabiskan duit banyak menurut gw waktu itu (maklum, budget terbatas). Eh, dalam waktu sekitar 2-3 bulan baru aja dari sana, tau-tau ada lagi yang ngajak buat jalan-jalan ke Singapore. Entah karena khilaf atau apa, gw pun oke-oke aja, padahal keuangan cukup cekak.Mana 1 SGD itu kan sekitar 7000 rupiah (waktu itu 2011), hotel udah mahal-mahal semua di sana,  jadilah setiap mau keluar duit lainnya pasti mikir. Akhirnya disiasati, menekan cost makan dan tempat wisata. Oh, dan no oleh-oleh! ;)

Jadi, kalo suatu ketika lo terdampar di Singapore dan kantongnya gag tebal-tebal amat kayak gw pada waktu itu, sekarang sih udah tebal (amin!), mungkin Singapore Botanic Garden bisa jadi pilihan wisata murah. Setidaknya lo bisa foto-fotolah di sana, dan gag ada biaya masuk. Keren kan? Bandingin aja sama biaya masuk ke Universal Studio Singapore/Jurong Bird Park/Singapore Zoo yang lumayan bikin kantong bolong itu.

Singapore Botanic Garden sendiri sebenarnya sih konsepnya miriplah dengan Kebun Raya Bogor, minus gelaran tikarnya+orang-orang pacaran (haha!).Eh, salah deh, ada juga orang pacaran di Singapore Botanic Garden. Malah waktu di sana sempat nemu bule+pasangannya lagi kissing di bawah pohon, cuek bebek walaupun gw liatin. Aneh juga sih gw-nya, ngapain diliatin. 

Tapi selain itu isinya samalah dengan yang di Bogor, berbagai spesies tumbuhan ada di sana. Hal lain yang cukup bikin nyaman itu suasananya yang gag terlalu crowded dan rasanya lebih tertata dan gag menyeramkan kayak Kebun Raya Bogor. Bukan menyeramkan gimana sih, cuma kalau di Kebun Raya Bogor itu kadang gw suka merasakan aura mistis. Hiiii! Pernah suatu kali waktu ke sana, eh, ada orang lagi mandi kembang di bawah pohon gede, sore-sore gitu. Oh My!

Yang agak bikin gw heran itu, gag ada biaya masuk dan biaya apa-apa koq bisa tercipta taman yang luas dan begitu terawat ini. Two thumbs up! Bagi-bagi fotonya dulu ya...









Walaupun gw bukan pecinta alam atau pohon-pohonan gini, bedain pohon taoge sama pohon kelapa aja susah (oke, ini berlebihan), tapi suasana ademnya cukup menawan hati. Sebenarnya sih yang paling menawan free entrance fee-nya. Hehe. Tapi ada juga bagian yang harus bayar sih kalau lo mau masuk, yaitu National Orchid Gardens. Eh, tapi itu pun murah, cuma 5 SGD aja. Walaupun gw tetap gag masuk sih, abis berasa rugi kalo harus keluar uang tapi bukan buat hal yang benar-benar gw minati.  

Oh iya, kerennya lagi, Singapore Botanical Garden ini jam bukanya dari jam 5 pagi-12 malam lho! Jadi siapa tau lo udah mati ide mau ke mana lagi di Singapore, sebenarnya mati isi dompet sih yang lebih mungkin, bengong-bengong cantik aja di sini. Kalo lapar, makan daun aja. Kalo capek, gelar tiker aja. Jangan lupa berdoa supaya gag diusir satpamnya. 

Anyway, buat sampai sini bisa dengan naik MRT turun di Botanic Garden Station. Dari sana elo akan memasuki taman dari sebelah utara, lalu jalanlah menuju selatan. Hmmpphh.. selamat berkeliling di taman seluas lebih dari 70 hektar ini. Don't get lost!


Wednesday, January 23, 2013

B-R-O-M-O

Di mana itu? 
Jawa Timur, dan terdapat di 4 perbatasan kabupaten, yaitu: Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. 

Gw bukan anak gunung, bukan anak pecinta alam, dan bukan petualang sejati yang hobi menjajaki gunung menembus hutan. Asli bukan! Dan keinginan untuk berkunjung ke gunung yang namanya Bromo ini juga bukan karena efek booming-nya film 5 cm (lagian itu film mempopulerkan Gunung Semeru sih), tetapi sebenarnya lebih karena banyak orang yang bilang "Bromo itu bagus, elo harus ke sana". Yaaa...tapi gw kan manusia paling males jalan jauh dan berolah fisik (karena dalam bayangan gw yang namanya naik gunung ya kayak yang di film-film itu, berat!), untuk sekian waktu dan karena alasan dana/kawan/waktu, keinginan tersebut tetap terpendam sebagai sebuah keinginan belaka.

Di awal tahun 2013, dengan segala situasi dan kondisinya (termasuk segala komentar: hujan-hujan begini mau ke Bromo? Gag salah?), akhirnya gw dan 2 orang teman membulatkan tekad dan kantong (ohhh,,plisss!) untuk menyambangi kediaman si Gunung Bromo ini. Inilah yang persiapan kita:
1.Doa 
2.Hati yang suci (kata orang naik gunung harus bersih hatinya.Uughh!)
3.Tiket pesawat Jkt-Sby pp senilai Rp 750 rb
4.Daftar ikutan tour bareng "Keliling Nusantara" 
5.Uang jajan yang banyak karena gw boros 

Dengan persiapan yang setengah matang, maka sampailah kita di sini:
Bromo-Bawah


Bromo-Tangga Perjuangan (nama versi gw)

Dan buat naek ke gunung yang tingginya cuma 2.392 m2 berdasarkan kata Tante Wiki (bandingkan dengan Semeru yang tingginya 3.676 m2, masih kata Tante Wiki), buat gw itu adalah perjuangan yang luar biasa! 

Sebenarnya buat mereka yang gag terlalu hobi jalan like me tersedia juga jasa sewa kuda untuk naik turun gunung. Tarifnya mulai dari 20 ribu - 125 ribu rupiah, tergantung kapan si tukang kuda nawarin. Kalau dia nawarin dari jarak yang masih jauh di tempat parkir Jeep, itu bisa 100-125 ribu. Semakin dekat ke jalan menanjak (bukan tangga!Harap diingat kalau lo harus jalan menanjak dulu entah berapa kilo sebelum sampai ke tangga yang entah berapa anak tangga), tarif sewa kuda bisa semakin murah antara 20-40 ribu. Kalau tekad buat jalan enggak bulat-bulat amat, mendingan oke-in aja  tawaran abang kuda di saat-saat ini. Soalnya kalau sudah di tengah jalan menanjak dan elo udah setengah nyaris mati, walaupun jarak ke tangga menuju kawah Bromo semakin dekat, tarif sewa kuda bisa mendadak naik lagi menjadi 40-50 ribu atau suka-suka si abang kudalah. Semakin menderita muka lo, semakin mahal harganya.

Jalur penanjakan

Waktu itu  dengan pede berat-nya gw membulatkan tekad untuk mengabaikan segala jenis tawaran abang kuda. Sebenarnya dipengaruhi faktor kasihan sama kudanya juga sih, jangan-jangan dia yang tewas kalau harus nanjak bawa-bawa gw (oh, gw berat ya..). Akhirnya dengan semangat 2013 dan tekad untuk menggapai kawah Bromo yang sudah sekian lama terpendam (enggak sih, sebenarnya tekad buat pamer aja ke orang-orang kalau gw sudah menjejakan kaki di Bromo), serta pastinya banyak-banyak-banyak stop di jalan dengan alibi menikmati udara & pemandangan padahal aslinya capek gila, di sinilah gw berada!
Finally!


Kawah Bromo-No Eggs Allowed!
Lalu apa? Lalu gw menyadari kalau yang namanya "No Pain No Gain" itu gag selalu benar. Gw lebih percaya pada why do it hard way if there's an easy way? Pesan moral "Be wise!Sewa kuda itu, teman!"

Oke, di samping pesan moral gag penting itu, ada pesan moral lainnya: Indonesia itu keren, asli! Mata gw sih tetap tertuju pada pria-pria non lokal di luar sana (lho,lho, curcol!), tapi hati tetap pada Indonesia (asyikkk! Ini statement dari orang yang pernah punya tekad kalau jadi presiden mau menjual Indonesia lho---kidding!). Jangan ngaku orang Indonesia kalau gag tau cerita rakyat di balik Gunung Bromo ini, simak!

Alkisah di zaman dahulu kala ketika belum ada televisi apalagi internet, bahkan belum ada Gunung Bromo itu sendiri (ya iyalah, ini cerita juga tentang asal usulnya kan!). Ah, kayaknya gw gag cocok menuliskan dongeng. Lebih baik simak saja di sini. 


Berikut ini foto-foto penampakan beberapspot menarik lainnya yang wajib dikunjungi kalau pada akhirnya elo menjejakan kaki diKawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang luasnya mencapai 50.276 ha.




Gunung Batok

Kabut di Penanjakan

Bukit Teletubbies


Ps. 
Untuk cp "Keliling Nusantara" --> Misbahul Munir 27B7C19A. Gw gag lagi promosiin dia, segala bentuk kepuasan ataupun ketidakpuasan dalam menggunakan jasa "Keliling Nusantara", harap ditanggung sendiri. Tapi kalau berdasarkan pengalaman gw sih cukup oke dengan harga bersahabat.

Thursday, January 17, 2013

House of Sampoerna-Surabaya

Pengalaman pertama ke kota yang bertajuk Kota Pahlawan ini, asli gag ada bagus-bagusnya! Waktu itu ceritanya mau menemani nyokap kondangan. Sayangnya karena panitianya kacrut atau waktu yang memang terlalu singkat digabungkan dengan padatnya acara, jadi gag bisa terlalu menikmati kota Surabaya. Kesan saat itu: semrawut, panas, macet, gag ada bedanya sama Jakarta (bahkan sepertinya lebih parah). Padahal sejak awal tau mau ke Surabaya, gw udah sangat excited  karena belum pernah ke berkunjung ke sana. Harapan sudah melambung tinggi, sayang ujung-ujungnya kecewa total.

Berbekal pengalaman buruk itu, gw sebenarnya sudah agak enggan mengunjungi kota ini lagi. Namun apa daya, ketika rencana jalan-jalan ke Bromo tercetus, gw harus menginjakkan kaki di Surabaya lagi walaupun dengan berat hati. Untunglah kali ini sempat menemukan satu obyek wisata yang lumayan menarik menurut gw, free lagi! 



House of Sampoerna, berlokasi di Jl. Taman Sampoerna 6 Krembangan Pabean Cantikan Surabaya, tempat ini menawarkan hiburan tersendiri bagi mereka yang totally clueless kayak gw tentang apa yang harus dilakukan untuk membunuh waktu di dalam kota (bukan luar kota lho!) Surabaya. Ini adalah museum, yang mengenai sejarahnya sendiri gw sebenarnya gag terlalu jelas dan mungkin akan lebih baik kalau disimak langsung di sini. Tapi AC-nya dingin boooo! Maknyosss banget begitu masuk setelah kelamaan di luar ruangan yang panasnya ampun-ampunan (oke, ini bukan faktor krusial sih untuk dibahas).


Di dalamnya bisa dilihat banyak koleksi barang-barang jadul gitu, seperti:                                                          
                                              
                                                               koleksi rokok
Model meja kerja + Manusia Jadul
kendaraan jadul
koleksi korek api
Dan jangan lupa ikutan juga city tour gratis atau enggak ya, jadwalnya bisa dilihat di sini.

Yang bikin cukup takjub lagi adalah fasilitas wc gratis yang bagus banget sampai-sampai bisa dipakai mandi (kembali lagi ke hal gag penting). Bahkan tadinya gw udah mau numpang mandi di sana, secara waktu itu kan memang rencananya jalan-jalan style kere, sampai kamar mandi aja cari yang gratisan. Cuma karena waktu itu entah gimana urat malu lagi menebal, takut lagi mandi digedor-gedor sama si mbak-mbak/mas-mas penjaganya (padahal ada lambang shower-nya lho di depan kamar mandinya), akhirnya kita urungkan niat berhemat uang. 

Tapi kalau kalian para backpacker atau bahkan penduduk Surabaya yang lagi kehabisan air di rumah atau mau hemat air, bolehlah dicoba numpang mandi di sini (kamar mandinya yang di belakang cafe ya). Jangan lupa ceritakan sensasinya ke gw! 

Anyway, gara-gara berkunjung ke museum inilah gw baru tau kalo ternyata perusahaan rokok Sampoerna itu udah bukan lagi milik orang Indonesia. Perusahaan yang tadinya merupakan perusahaan keluarga, di tahun 2005 (atau entah tahun berapalah) sahamnya sudah dijual ke Philip Morris International. Jadilah sekarang Sampoerna dimiliki oleh perusahaan Amerika itu (maafkan kalau gw salah info)

Kenapanya sih gag tau ya, secara si mbak-mbak merangkap tour guide yang jaga di sana pun waktu ditanya cuma menjawab: "Itu kebijakan keluarga, kita tidak tau". Kalau masih ada yang penasaran sama detailnya, googling aja deh ya, kalo gw sok-sok mau jelasin di sini bisa-bisa ini jadi blog ekonomi bukan traveling lagi.

Well, walaupun memang ada sesuatu yang menarik di kota ini, maafkan kalau gw masih sulit jatuh hati pada Surabaya. Mungkin karena tingkat kemiripannya yang terlalu besar dengan Ibukota ataupun kota tempat gw tinggal saat ini (baca: Tangerang), tempat yang sesungguhnya gw pun tidak pernah menaruh hati. Namun apa daya, justru menjadi tempat sumber dana untuk terus menengok kota-kota lain yang sebaiknya tidak seperti mereka.

Wednesday, January 16, 2013

Why Travel?

 Itu adalah sebuah judul template blog yang gw temukan waktu lagi browsing free template untuk blog baru ini. Sebenarnya bahkan udah nyaris gw aplikasikan template itu, tapi berhubung desainnya agak kurang eye catching, gag jadi deh. Tapi setidaknya bagian judul 'Why Travel' itu cukup menarik hati gw untuk dijadikan bahan ulasan pertama di "The World!".

Jadi begini, gw percaya setiap orang punya ketertarikannya masing-masing. Ada yang suka nonton, ada yang nge-fans sama artis korea, ada yang tergila-gila nonton bola, ada juga yang cinta mati sama kerjaannya a.k.a manusia workaholic, atau apapunlah. Ada satu atau lebih hal yang kerapkali bikin perasaan berbunga-bunga dan adrenalin memuncak (meh!berlebihan lagi) ketika dilakukan. Some people even do drugs for that, but me, I do traveling. Seriously, I am kinda addicted to it. Kalau ada yang namanya sakau karena ganja/ekstasi/apapunlah, gw sakau karena jalan-jalan (bukan ke mall lho ya!)

Why? What's so interesting about it? Udah mesti susah-susah atur ini itu, sempat-sempatin cuti (maklum, gw masih pegawai butuh gaji), mesti keluar duit, capek pula! Belum kalo pesawat delay atau kena macet di jalan atau nyasar terus ditipu orang di negeri/tempat antah berantah. Wow!

Tapi buat gw, traveling itu: 
Bikin gw berasa hidup dan excited setelah menjalani banyak rutinitas yang membosankan. Mana gw kan emang bosenan gitu orangnya, mudah jenuh kayak lagunya Rio Febrian (oke, garing).

Bikin gw mengalami hal-hal ajaib yang sensasinya sungguh gag terlupakan. Contoh: 
(1)Sensasi dashyat pas pertama kali ke Singapura yang juga pertama kalinya gw ke luar negeri. Rasanya gag percaya gitu bisa sampai luar Indonesia, walaupun dengan budget minimalis sih.
(2)Perasaan seru abis waktu pertama kali ke Bali dan norak parah karena itu kejadian setelah lebih dari 20 tahun gw hidup di bumi Indonesia.
(3)Panik waktu sadar punya jadwal ke Bromo di musim hujan-angin-badai dan dibumbui kabar Bromo longsor sehari sebelumnya sambil diceramahi sana-sini karena pergi gag milih waktu, tetapi justru berujung amazed total waktu melihat pemandangan Bromo yang luar biasa 
(4)Ataupun perasaan deg-degan waktu tau mesti naik cable car ke Genting yang tingginya ampun-ampunan dan bergoyang-goyang di tengah kabut.

Bikin gw sadar betapa kerennya dunia ini, betapa luar biasanya ciptaan Tuhan itu dan betapa indahnya Indonesia di luar kebobrokan beberapa petinggi-petinggi dan perendah-perendahnya (kan, ngaco!).

Terakhir, bawaan lahir. Walaupun entah bawaan lahir dari mana karena dalam silsilah keluarga gw sepertinya mereka bukan tipe manusia-manusia ngaco kayak gw yang hobi keleleran ke mana-mana demi kepuasan batin semata.

Pada akhirnya, we only live once and we should be happy. This is my happiness, that's why I travel a lot.

New Year New Blog!

Ini adalah blog kedua gw, yang pertama udah menghilang entah ke mana setelah vakum sekian tahun (ini berlebihan) akibat kesibukan yang menggunung. Tapi emang dasar udah bawaan lahir buat nulis (slash) nge-blog istilah kerennya, terciptalah blog "The World!" ini. 

Konsep dasarnya sih soal traveling karena itu juga salah satu hal lain yang kayaknya juga bawaan lahir, kalau gag dilakuin ada desakan-desakan aneh dalam diri ini (yeah,right!). Selain itu sih sebenarnya juga agak terinspirasi oleh "Trinity the Naked Traveler" yang berhasil menggabungkan konsep hobi + kerja sehingga menghasilkan suatu kehidupan yang menyenangkan (asli gw juga mau!). Anggap saja ini dalam proses menuju ke sana, ketika realita belum sesuai keinginan hati, inilah salah satu cara gw untuk berdamai.

Jadi di sinilah gw, menjalani hari dengan sukacita karena adanya harapan akan jadwal traveling di hari-hari dan bulan-bulan mendatang (ihiy!), dan karena percaya pada waktunya kelak akan menemukan soulmate yang juga cinta mati sama traveling (eh, curcol!).

Anyway, selamat membaca dan jelajahilah dunia (dengan cara lo sendiri)


The World!//Let's Go and Have Fun//
(xsak-the-explorer)
 

Music

Sample text

Visitors


widgeo.net