Postingan ini bukan iklan, bukan endorse, bukan sponsorship atau sejenisnya. Postingan ini murni cerita pengalaman dan penilaian pribadi saya akan Le Pirate Nusa Ceningan.
Pada tanggal 4-5 November 2016 yang lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung ke Nusa Lembongan & Nusa Ceningan. Saran saya, menginaplah di sini paling tidak 2 malam biar puas sehari menikmati suasana hotel sepanjang hari (yang bikin saya betah sih kolam renangnya itu lho) dan sehari lagi keliling Nusa Lembongan & Nusa Ceningan. Kalau mau merambah ke Nusa Penida, sebaiknya disiapkan 1 hari lagi biar lebih maksimal.
Pilihan untuk menginap di Le Pirate ini sebenarnya pilihan teman saya yang sudah sejak bertahun-tahun lalu (berlebihan, maaf ya) mengidam-idamkan untuk ke sini. Saya yang sedang sibuk-sibuknya dengan urusan pekerjaan dan malas-malasnya untuk melakukan riset apapun (biasanya saya selalu riset sebelum liburan, tetapi kali ini saya pasrahkan ke teman saya yang lebih ahli), percaya saja.
Beberapa hari (atau minggu) sebelum keberangkatan, terdengarlah kabar bahwa jembatan kuning yang legendaris (menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan) rubuh. Mengenai perjalanan dari Jakarta hingga bisa sampai ke Le Pirate ini akan saya ceritakan di blog berikutnya (kalau niat dan masih ingat).
![]() |
JEMBATAN KUNING LEGENDARIS |
Intinya, setelah perjuangan panjang, tibalah saya dan rombongan di Le Pirate Nusa Ceningan! Teman saya yang tukang riset itu sudah stay di sana sejak beberapa hari sebelumnya di kamar untuk 2 orang. Namun karena bertambahnya jumlah orang yang datang, kami pun pindah ke kamar tipe bunk bed untuk 4 orang.
Saya suka banget sama konsep penginapan yang hanya memiliki 10 kamar ukuran mini ini. Ya, masalah utama dengan penginapan ini menurut saya adalah ukuran kamarnya yang terlalu mini, apalagi bila ditempati 4 orang dewasa, rasanya seluruh udara dalam ruangan habis tersedot. Haha!
Tapi konsep kamar mandi outdoor-nya cukup menarik, malahan menurut saya ukuran kamar mandinya agak terlalu besar. Mungkin lebih baik bila kamar mandi sedikir diperkecil dan kamarnya dapat sedikit diperbesar. Ah, tetapi sepertinya renovasi seperti ini akan sulit dilakukan.
Anyway, harga kamar tipe bunk bed adalah IDR 750 ribu per malam. Menurut informasi yang saya dapat, menginap di sini minimal harus dua malam. Namun karena teman saya sudah stay di sana terlebih dulu beberapa hari sebelumnya, maka kami diperbolehkan menginap di kamar tipe bunk bed ini hanya untuk 1 malam.
![]() |
THE HUT |
Untuk informasi saja walaupun kamar ini diperuntukkan bagi 4 orang, namun ternyata sarapan yang didapat hanya 2 orang saja, sisanya harus menambah lagi IDR 50 ribu per orang. Menurut saya pribadi, rasa makanan agak kurang memuaskan. Sayang sekali di sini tidak menjual Indomie seleraku. 😏
Hal lain yang perlu diperhatikan bila akan berkunjung ke sini adalah kerap terjadinya mati listrik, di mana saya sempat mengalami sekitar 2-3x dalam 1 hari, namun tidak lama. Saya tidak tahu apakah itu karena penginapan ini memiliki generator sendiri atau memang durasi mati listrik di sini tidak pernah lama.
Di luar hal-hal di atas, i am totally in love with this place! Siapa yang tidak bahagia setiap bangun pagi disuguhi pemandangan cantik seperti ini. Sayangnya keinginan saya untuk menghabiskan waktu di kolam renang ini sepanjang hari (ya, sepanjang hari!) tidak tercapai karena kami sudah harus checkout pada hari itu. I will definitely be back next time. Cheers!
![]() |
THE POOL |